Selasa, 10 Oktober 2017

Konsep Dasar IPS tentang Individu, Masyarakat, Kelompok dan Kelembagaan




KONSEP DASAR SOSIOLOGI, ANTROPOLOGI DAN SEJARAH
INDIVIDU, MASYARAKAT, KELOMPOK DAN KELEMBAGAAN



Dosen Pengampu :
Dra. Wurjinem, M.Si

Disusun Oleh
Kelompok 3 

SADELA NURHAYANI
CINDY DEHVISI 
TOTO RONALTO
ALDI HAMZAH
NADIA YOLANDA

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS BENGKULU
2017



Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Konsep Dasar Sosiologi dan Antropogi yang berjudul “Individu, Masyarakat, Kelompok dan Kelembagaan” ini dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Sosiologi dan Antropologi oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Dra. Wurjinem, M.Si.
Makalah ini di harapkan mampu membantu dan memperdalam pengetahuan kita mengenai Sosiologi dan Antropologi terutama dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, makalah ini diharapkan agar menjadi bacaan para pembaca agar menjadi warga Negara yang bermoral dan bertanggung jawab khususnya dalam dunia pendidikan.
Oleh karena itu, Makalah ini diharapkan agar kita memiliki sikap yang kritis terhadap situasi kondisi dan juga dapat menerima perubahan yang terjadi di masyarakat terutama dalam dunia pendidikan. Kami juga memerlukan kritik dan saran dari  para pembaca demi sempurnanya makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenaan membaca resume ini dengan tulus ikhlas. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan pembaca. Aamiin

                                                                                       Bengkulu, 21 Agustus 2017

                                                                                                              
                                                                                                 Kelompok 3



Daftar Isi
Halaman Judul ………………………………………………………………… i
Kata Pengantar ………………………………………………………………... ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang …………………………………………………………………. 1
B.     Rumusan Masalah ………………………………………………………………1
C.     Tujuan Makalah ……………………………………………………………..…. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Syarat-syarat Kelompok Sosial ………………………………………….....…... 3
B.     Perbedaan In-group dan Out-group, Primary group dan Secondary group ......... 3
C.     Teori Tentang Pelapisan Sosial ……………………………………………....… 5
D.    Perbedaan Status dan Peran Sosial ……………………………………….....…. 7
E.     Fungsi Lembaga Kemasyarakatan …………………………………………...… 9
F.      Ciri-Ciri Lembaga Kemasyarakatan ………………………………………...… 11
G.    Tipe Lembaga Kemasyarakatan Berdasarkan Sistem Nilai ………………....… 12
H.    Pengertian Kontrol Sosial …………………………………………………..…. 13
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ………………………………………………………………...….. 16
B.     Saran ………………………………………………………………………..…. 17
Daftar Pustaka …………………………………………………………….….. 18




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai mahluk sosial tentu manusia tidak dapat hidup sendiri. Mereka akan saling ketergantungan satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Manusia memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia disebut juga social animal atau hewan sosial. Karena sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Manusia merupakan makhluk yang bersegi jasmaniah dan rohaniah. Segi rohaniah manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Apabila diserasikan, akan menghasilkan kehendak yang kemudian menjadi sikap tindak. Sikap tindak itulah yang kemudian menjadi landasan gerak segi jasmaniah manusia. Hubungan kesinambungan antara manusia dengan manusia lainnya akan menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial terjadi hubungan antar manusia (lebih dari 1 pelaku). Proses tersebutlah yang mejadi awal terbentuknya kelompok sosial. Kelompok sosial adalahhimpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.Sifat dan struktur kelompok sosial berbeda-beda. Ada yang terbentuk dengan di sengaja, atau tidak disengaja. Ada yang terorganisir, ada yang tidak. Ada kelompok yang terikat secara lahiriah dan ada yang terikat secara batin.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja syarat-syarat kelompok social?
2.      Apa perbedaan in-group dan out-group, primary group dan secondary group?
3.      Bagaimana teori tentang pelapisan social?
4.      Apa perbedaan status dan peran social?
5.      Apa saja fungsi lembaga kemasyarakatan?
6.      Seperti apa ciri-ciri lembaga kemasyarakatan?
7.      Bagaimana tipe lembaga kemasyarakatan berdasarkan sistem nilai?
8.      Apa pengertian kontrol social?

C.    Tujuan Makalah
1.      Mengetahui syarat-syarat kelompok sosial
2.      Mengetahui perbedaan in-group dan out-group, primary group dan secondary group
3.      Memahami teori tentang pelapisan sosial
4.      Mengetahui perbedaan status dan peran sosial
5.      Mengetahui fungsi lembaga kemasyarakatan
6.      Memahami ciri-ciri lembaga kemasyarakatan
7.      Mengetahui tipe lembaga kemasyarakatan berdasarkan sistem nilai
8.      Memahami pengertian kontrol sosial



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Syarat – Syarat Kelompok Sosial
Sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu :
1.      Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (yaitu masyarakat).
2.      Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya .
Dengan hal ini, manusia mencoba menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya dengan menggunakan pikiran, perasaan dan kehendak. Selain itu, manusia juga harus makan agar badannya tetap sehat untuk itu dia dapat mengambil makanan sebagai hasil dari alam sekitarnya menggunakan akalnya. Menurut Soekanto (2002:115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial terdiri dari sebagai berikut.
1.      Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2.      Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya.
3.      Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga berhubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakannasib yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain – lain. Tentunya faktor mempunyai musuh bersama,misalnya dan dapat pula menjadi faktor pengikat /pemersatu.
4.      Berstruktur ,berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
5.      Bersistem dan berproses.

B.     Membedakan Kelompok Dalam Masyarakat
1.      Ingroup dan Outgroup
Menurut Sumner, in group adalah kelompok sosial dengan mana individu mengidentifikasi dirinya. Jelasnya, bahwa apabila suatu kelompok sosial merupakan in group atau tidak, bersifat relatif dan tergantung pada situasi – situasi sosial yang tertentu. Di dalam in–group ada asosiasi ke arah mana  tiap – tiap individu anggota kelompok kesetian dan solidaritas dan disitu terdapatlah usaha identifikasi pribadi satu sama lain kearah adanya rasa persahabatan, kerja sama ,rasa tanggung jawab , terutama di dalam saat yang medesak atau gawat. Sedangkan outgroup diartikan sebagai kelompok yang menjadi lawan dari in-group nya (Soekanto,2002)
Pada umumnya sikap  in-group didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota – anggota kelompok  sedangkan sikap out-group selalu ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati sehingga hal ini membuat suatu kecenderungan pada sikap etnosentrisme. Sikap etnosentrisme yaitu suatu sikap untuk menilai unsur – unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran – ukuran kebudayaan sendiri dengan proses yang sering digunakan dikenal dengan setereotip (yakni gambaran atau anggapan-anggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu objek tertentu). Selain itu, untuk membedakan ingroup dan outgroup bisa dipandangdari sikap kelompoknya.
Jika in-group atau kelompok dalam muncul ketika para anggota suatu kelompok merasa bahwa mereka mempunyai suatu tujuan dan cita-cita yang sama, menaati norma-norma yang sama, nasib yang sama. Sedangkan sikap out-group atau kelompok luar ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati. Hubungan dengan orang-orang yang bukan anggota kelompoknya berlangsung kurang akrab, dan berhati-hati.

2.      Primary Group Dan Secondary Group
Primary Group (kelompok primer) adalah kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal mengenal antara anggota-anggota serta kerjasamanya erat yang bersifat pribadi. Pendapat dari Selo Soemarjan dan Soemardi dalam “Setangkai bunga Sosiologi” (1964: 401) menyatakan bahwa Primary Group merupakan kelompok kecil yang permanen berdasarkan saling mengenal secara pribadi diantara anggotanya. Konsep Davis (1960: 290) memperjelas pendapat, Cooley bahwa ciri-ciri utama Primary Group adalah kondisi-kondisi fisik, sifat hubungan primer dan kelompok-kelompok yang konkret dan hubungan primer.
Pada primary group adanya hubungan intimitas langsung antar individu- individu dalam kelompok , adanya intimitas kerja sama , dan terutama timbulnya sosialitas manusia dan ideanya. Biasanya rasa kekeluargaan merupakan ekspresiyang fundamental dan natural contohnya keluarga. Dalam keluarga terdapat kesatuan dan persatuan di dalam totalitad relasi yang membentuk kesatuan dalam pikiran dan tindakan.
Secondary Group merupakan kebalikan dari Primary group. Secondary Group sebagai kelompok-kelompok yang besar, yang terdiri dari banyak orang antara siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan kenal mengenal secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng. Secondarybgroup atau kelompok sekunder ini terbentuk karena ada sebab- sebab tertentu sehingga terbentuklah suatu ikatan yang interest. Namun kelompok sekunder ini tidak terlalu intim dengan kelompok primer. Hubungan kelompok sekunder ini biasanya mempunyai bentuk organisasi yang tegas, misalnya ada status kewajiban serta hak para anggota diatur oleh peraturan – peraturan yang tegas.  Contohnya seperti club sosial, lembaga–lembaga agama, partai politik, organisasi masa, kesatuan buruh dan yang lainnya. 
C.    Teori Pelapisan Sosial
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A. Sorokin bahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Pelapisan masyarakat dibagi menjadi beberapa kelas :
• Kelas atas (upper class)
• Kelas bawah (lower class)
• Kelas menengah (middle class)
• Kelas menengah ke bawah (lower middle class)
Beberapa teori tentang pelapisan masyarakat dicantumkan di sini :
1) Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap Negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.
2) Prof. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA. menyatakan bahwa selama di dalam masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai.
3) Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite. Menurut dia pangkal dari pada perbedaan itu karena ada orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbeda-beda.
4) Gaotano Mosoa dalam “The Ruling Class” menyatakan bahwa di dalam seluruh masyarakat dari masyarakat yang kurang berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas pertama (jumlahnya selalu sedikit) dan kelas kedua (jumlahnya lebih banyak).
5) Karl Mark menjelaskan terdapat dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyainya dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jika masyarakat terbagi menjadi lapisan-lapisan social, yaitu :
·       Ukuran kekayaan
Kekayaan dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, pa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.
·       Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
·       Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepadamasyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
·       Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya

D.    Status Dan Peran
Status dan peranan merupakan unsur-unsur dalam struktur sosial yang mempunyai arti penting bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antara individu dengan masyarakat. Dalam hubungan timbal balik tersebut status dan peran individu mempunyai peranan yang penting karena kelanggengan masyarakat tergantung pada keseimbangan kepentingan-kepentingan individu yang bersangkutan. Secara empiris, perbedaan status mempengaruhi cara bersikap seseorang dalam berinteraksi sosial. Orang yang menduduki status tinggi mempunyai sikap yang berbeda dengan orang yang statusnya rendah. Status seseorang menentukan perannya   dan peran seseorang menentukan apa yang diperbuat (perilaku) (Maryati,kun,2001).

1.      Kedudukan atau status
Kadang-kadang dibedakan antara pengertian kedudukan (status) dan kedudukan social (social status).kedudukan diartikan tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok social, sedangkan kedudukan social tempat seseorang dalam lingkungan pergaulannya, prestisenya, serta hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Kedua istilah tersebut mempunyai arti yang sama dan digambarkan dengan kedudukan (status) saja. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu tempat tertentu. Masyarakat pada umumnya mengembangkan tiga macam kedudukan yaitu:

a. Ascribed status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Pada umumnya ascribed status dijumpai pada masyarakat dengan system lapisan tertutup, misalnya masyarakat feodal, atau masyarakat tempat system lapisan bergantung pada perbedaan rasial.
b. Achieved status, yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja.misalnya seseorang dapat menjadi sarjana kesehatan masyarakat asalkan memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut bergantung pada yang bersangkutan bisa atau tidak menjalaninya. Apabila yang bersangkutan tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut ia tidak akan mendapat kedudukan yang diinginkannya.
c.  Assigned status, merupakan kedudukan yang diberikan kepada seseorang. Kedudukan ini mempunyai hubungan yang erat dengan achieved status. Artinya suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

2.      Peranan (role)                       
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Jika seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, ia telah menjalankan suatu peranan. Persamaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Tidak ada peranan tanpa kedudukan,dan tidak ada kedudukan tanpa peranan. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. Hubungan-hubungan social yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan juga diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi seseorang menduduki suatu posisi  dalam  masyarakat  serta menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal yaitu sebagai berikut:
a.  Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membingbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b.  Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c.  Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur social masyarakat. (Waluya, bagja,2007)

E.     Fungsi Lembaga Kemasyarakatan
Pada dasarnya lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa fungsi antara lain:
  1. Memberikan pedoman bagi anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap didalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.
  2. Menjaga keutuhan masyarakat.
  3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial(social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
 Fungsi-fungsi diatas menyatakan bahwa apabila seseorang hendak mempelajari kebudayaan dan masyarakat tertentu maka harus pula diperhatikan secara teliti lembaga-lembaga kemasyarakatan di masyarakat yang bersangkutan. (soerjono soekanto,1990)
            Lembaga kemasyarakatan berfungsi sebagai pedoman perilaku atau sikap tindak manusia dan merupakan salah satu sarana untuk memelihara dan mengembangkan integrasi di dalam masyarakat.  Namun demikian, tidak semua norma di dalam masyarakat dengan sendirinya menjadi bagian dari suatu lembaga sosial tertentu.   Hal ini tergantung pada proses pelembagaan dari norma-norma tersebut sehingga menjadi bagian dari suatu lembaga sosial tertentu. ( Soekanto dan Taneko, 1984).
Fungsi-fungsi Lembaga Sosial
Dengan melihat dua tujuan lembaga sosial, yaitu mengatur ketertiban dan pemenuhan kebutuhan masyarakat maka untuk mewujudkan fungsi dari lembaga-lembaga sosial harus dapat dilaksanakan. Menurut Soerjono Soekanto,  lembaga sosial memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
  1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang bagaimana bertingkah laku atau bersikap dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya.
Contoh:
a.       Lembaga ekonomi memberikan aturan-aturan produksi, distribusi dan hubungan kerja.
  1. Lembaga agama memberikan aturan tentang halal dan haram, baik dan buruk dan tata cara peribadatan yang harus dilakukan oleh anggotanya.
  2. Lembaga pendidikan memberikan akses bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan, sesuai dengan apa yang menjadi tujuan mereka
  3. Lembaga keluarga memberikan pendidikan dasar tentang norma dan aturan dasar sosialisasi sehingga, individu mempunyai pengetahuan dasar bagaimana hidup dalam kelompok yang lebih besar sesuai dengan tujuan masing-masing.

  1. Menjaga keutuhan masyarakat dari ancaman perpecahan atau disintegrasi masyarakat. Perpecahan atau disintegrasi ini sangat mungkin terjadi di tengah masyarakat, mengingat sumber pemenuhan kebutuhan hidup cenderung tida seimbang dengan perkembangan masyarakat baik secara jumlah maupun kualitasnya.
  1. Berfungsi untuk memberikan pegangan dalam mengadakan sistem pengendalian sosial.  Contohnya : dengan diberlakukannya peraturan sekaligus sanksi bagi pelanggar norma.
Jadi pada intinya, lembaga sosial berfungsi untuk mengatur kehidupan anggota-anggotanya agar mereka dapat hidup dengan tenang, damai, dan sejahtera dengan tercapainya tujuan-tujuan mereka.
F.     Ciri-Ciri Lembaga Kemasyarakatan
Berikut adalah ciri-ciri dari lembaga sosial :
1)      Suatu lembaga sosial adalah kumpulan pola-pola perilaku yang terwujud melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan hasil hasilnya, tata kelakuan, kebiasaan, serta unsur-unsur kebudayaan Iainnya yang secara Iangsung maupun tidak langsung tergabung dalam suatu bagian tertentu yang memiliki fungsi dalam masyarakat.
2)      Usia suatu lembaga sosial Iebih panjang daripada usia orang perorangan (individu) yang membentuknya, mempertahankan, dan/atau mengubahnya. Misalnya, suatu bahasa selalu lebih dulu ada daripada kelahiran seseorang dan tetap ada setelah si pemakainya meninggal.
3)      Setiap lembaga sosial memiliki nilai-nilai tersendiri, yaitu sistem gagasan mendasar yang dimiliki secara bersama-sama oleh sekelompok orang yang digunakan untuk menafsirkan berbagai hal yang telah, sedang, dan akan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, berdasarkan nilai-nilai yang dimiliki lembaga pendidikan, para pendukung lembaga tersebut percaya bahwa pendidikan penting artinya dalam memperluas wawasan orang dan membentuk kemandirian. Ketidakmampuan untuk mendapatkan kerja yang memuaskan sering dianggap terjadi karena prestasi pendidikan yang rendah.
4)      Sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan baru akan menjadi bagian lembaga sosial setelah melewati waktu yang relatif lama. Contohnya, tindakan mendidik anak dalam keluarga barn menghasilkan lembaga pendidikan setelah ratusan bahkan ribuan tahun.
5)      Lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan yang mungkin saja tidak sejalan dengan fungsi lembaga itu. Apabila dipandang dan sudut pandang kebudayaan, perbedaan fungsi dan tujuan sangat penting karena dapat menunjukkan betapa masyarakat akan berpegang teguh pada lembaga sosial yang sekaligus juga merupakan tujuan mereka.
6)      Lembaga sosial mempunyai alat alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan. Misalnya, bangunan, tata tertib, peralatan, dan mesin.
7)      Setiap lembaga sosial Memiliki lambang-lambang yang merupa kan ciri khas atau simbol. Lambang-lambang ini menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga sosial yang bersangkutan. Selain itu, lambang ini memberikan identitas kepada warga masya rakat yang terlibat di dalarnnya. Lambang atau simbol ini dapat berbentuk benda, wama, tuhsan, maupun slogan. Misalnya, lembaga pendidikan memiliki slogan Tut Wuri Handayani, dan lembaga pemikahan memiliki simbol cincin kawin sebagai lambang kesetiaan tiada akhir, tak berpangkal dan tidak berujung.
8)      Suatu lembaga sosial mempunyai tradisi tertulis maupun tidak tertulis, yang antara lain merumuskan tujuan dan tata tertib yang berlaku. Tradisi tersebut merupakan dasar dan lembaga didalam pekerjaannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat tempat lembaga sosial tersebut menjadi bagiannya.

G.    Tipe Lembaga Kemasyarakatan Berdasarkan Sistem Nilai
Menurut Gillin & Gillin dari sudut sitem nilai – nilai yang diterima masyarakat dibagi basic institutions dan subsidiary intitutions.
a.       Basic institutions adalah lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata-tertib dalam masyarakat.Contohnya, lembaga yang paling kecil dan mendasar adalah keluarga yang berfungsi menanamkan nilai-nilai dan norma-norma dasar sebelum mengenal dunia luar. Sekolah adalah lembaga yang penting untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan bagi rakyat.Selain itu,

b.      Subsidiary institutions adalah lembaga kemasyarakatan yang dianggap kurang penting,misalnya kegiatan rekreasi.Dalam hal ini ukuran untuk menentukan sesuatu itu penting atau tidak penting sangat relatif tergantung masing-maing masyarakat. Selain itu juga tergantung oleh waktu kapan sesuatu itu terjadi, misalnya pertunjukan sirkus. Pertunjukan sirkus pada zaman Romawi dan Yunani Kuno dianggap sebagai basic institution sedangkan dewasa ini sirkus dianggap sebagai Subsidiary Institution.

H.    Pengertian Kontrol Sosial
1.      Pengertian Kontrol Sosial
a)      Peter I. Berger
Kontrol sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang.
b)     Roucek dan Warren
Kontrol sosial adalah proses yang terencana dan tidak terencana untuk mengajar individu agar dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan nilai-nilai kelompok tempat mereka tinggal.
c)      Soejono Soekanto
Kontrol sosial adalah sebuah proses baik itu direncanakan atau tidak, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku.
Jadi, kontrol sosial dapat disimpulkan semua cara yang atau sarana yang digunakan untuk mengendalikan tingkah laku warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah yang berlaku.
2.      Bentuk-bentuk kontrol social,
Pengendalian sosial (kontrol sosial) dapat dipahami dalam berbagai dimensi antara lain :

a.      Berdasarkan sifatnya
1)      Upaya preventif : upaya pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan sosial, yang dilakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran sosial.
2)      Upaya represif : upaya pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya pelanggaran sosial, yang dilakukan untuk mengembalikan kedamaian dan ketertiban masyarakat seperti semula.

b.      Berdasarkan cara pelaksanaannya
1)      Cara persuasif : upaya pengendalian sosial yang dilakukan dengan menekan tindakan yang sifatnya mengajak atau membimbing masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.
2)      Cara koersif : upaya pengendalian yang dilakukan dengan melakukan tindakan yang memaksa masyarakat agar bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.
Dilihat dri dimensi pelaku dan sasarannya :
1)      Pengendalian sosial yang dilakuka individu terhadap individu lain.
2)      Pengendalian sosial yang dilakukan individu terhadap kelompok.
3)      Pengendalian sosial yang dilakukan kelompok terhadap individu.
4)      Pengendalian sosial yang dilakukan oleh kelompok terhadap kelompok lain.

3.      Sarana Kontrol Sosial
a.       Sanksi (punishment)
Sanksi ditujukan untuk menekan warga masyarakat dengan pemberian pembebanan penderitaan bagi siap saja yang melanggar norma yang berlaku.
Macam-macam sanksi :
1)      Sanksi ekonomi, yaitu pembebanan penderitaan ekonomi. Seperti: denda, ganti rugi.
2)      Sanksi fisik, yaitu pembebanan penderitaan fisik. Seperti: dipukul, dicambuk.
3)      Sanksi psikologis, yaitu pembebanan penderitaan kejiwaan. Seperti : dicemooh, diejek, dipermalukan didepan umum.
b.      Penghargaan (reward)
Berfungsi sebagai sarana kontrol sosial yang bekerja secara preventif. Macam-macam reward
1)      Reward ekonomi
2)      Reward fisik
3)      Reward psikologis
4.      Akibat yang Ditanggung Bagi Pelanggar Kontrol Sosial
Adapun sanksi yang akan ditanggung atau diperoleh oleh para pelanggar kontrol sosial adalah :
a.       Mendapat sanksi berupa hukuman pidana, apabila pelanggaran yang dilakukan tersebut melanggar hukum tertulis yang ada di Indonesia.
b.      Mendapat sanksi berupa pengucilan dikalangan  masyarakat sekitar, apabila pelanggaran tersebut melanggar norma dan nilai dalam masyarakat.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ø  Sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu :
1.      Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (yaitu masyarakat).
2.      Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Ø In-Group adalah kelompok social yang individu-individunya mengidenti-fikasikan dirinya dengan kelompoknya. Dalam menunjukkan In-Group-nya dalam kehidupan sehari-hari diungkapkan dengan kalimat : kelompok saya, group saya.
Ø  Out-Group adalah kelompok social yang oleh individu-individu diartikan sebagai musuh kelompoknya atau lawan In-Group. Out-Group sering sering diungkapkan dengan istilah : kelompok mereka, group mereka, kelas mereka.
Ø Kelompok primer (Primary group) adalah kelompok social pertama, tempat individu saling mengenal, berinteraksi social, dan bekerja sama yang cukup erat. Contoh : keluarga, kekerabatan, dan pertemanan.
Ø Kelompok sekunder (secondary group) adalah kelompok social kedua, tempat individu berhubungan social yang anggotanya cukup banyak sehingga interaksinya kurang intensif dan kurang erat. Contoh : organi-sasi politik, perhimpunan serikat pekerja, kelompok penggemar sepak bola.
Ø Lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa fungsi antara lain:
Memberikan pedoman bagi anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap didalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.
Menjaga keutuhan masyarakat.
Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial(social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

Ø  Kontrol sosial dapat disimpulkan semua cara yang atau sarana yang digunakan untuk mengendalikan tingkah laku warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah yang berlaku.

B.     Saran
Sebagai makhluk yang diberi kelebihan oles sang Pencipta, hendaknya kita dapat memanfaatkan sebagik-baiknya anugerah yang diberi oleh-Nya. Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya karena manusia mempunyai akal budi dan kemauan yang kuat.  Dengan  akal budi dan kemauan yang kuat, manusia dapat menjadi makhluk yang lebih dari makhluk lainnya dan Mampu Berinteraksi dengan satu individu dengan individu yang lainnya sehingga tercipta menjadi satu kelompok.

            
Daftar Pustaka







4 komentar: