Rabu, 11 Oktober 2017

Materi Tentang Mendongeng Cerita


MENDONGENG CERITA RAKYAT



Dosen Pengampu :
Dra. Resnani, M.Si

Disusun Oleh

SADELA NURHAYANI (A1G016071)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS BENGKULU
2017


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan resume Mendongeng Cerita Rakyat ini dengan baik. Resume ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Mendongeng Cerita Rakyat oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Dra. Resnani, M.Si.
Resume ini di harapkan mampu membantu dan memperdalam pengetahuan kita mengenai mendongeng terutama dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, resume ini diharapkan agar menjadi bacaan para pembaca agar menjadi warga Negara yang bermoral dan bertanggung jawab khususnya dalam dunia pendidikan.
Oleh karena itu, dengan resume ini diharapkan agar kita memiliki sikap yang kritis terhadap situasi kondisi dan juga dapat menerima perubahan yang terjadi di masyarakat terutama dalam dunia pendidikan. Kami juga memerlukan kritik dan saran dari  para pembaca demi sempurnanya resume ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenaan membaca resume ini dengan tulus ikhlas. Semoga resume ini bermanfaat khususnya bagi kami dan pembaca. Aamiin

                                                                                            Bengkulu, 28 Agustus 2017 
                                                                                                  

                                                                                                          Penulis





Daftar Isi

 
Halaman Judul …………………………………………………….… i
Kata Pengantar ……………………………………………...………. ii
Daftar Isi ……………………………………………………..……… iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ………………………………………………...…….… 1
B.     Rumusan Masalah ……………………………………………….…….. 2
C.   Tujuan …………………………………………………………….…..... 2
BAB II PEMBAHASAN
1.      Pengertian Mendongeng …………………………..……...... 3
2.      Jenis-jenis Mendongeng ……………….....……………...… 4
3.      Metode Mendongeng ……….……………………...…….… 5
4.      Manfaat Mendongeng …….....…………………….……..… 5
5.      Persiapan Mendogeng yang Benar ……………………..….. 7
6.      Intonasi dan Gerak Mata Ketika Mendongeng ……….….… 8
7.      Struktur Mendongeng ………………………………...……. 8
8.      Ciri-ciri Dongeng yang Baik dan Benar …………….……... 9
9.      Unsur-unsur Mendongeng ……………………….………… 9
10.  Cara Menjadi Pendongeng yang Baik ……………..……… 12
11.  Komponen-komponen Dalam Mendongeng ………..…….. 14
12.  Praktik Mendongeng ………………………………..…….. 15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………………..... 19
Daftar Pustaka …………………………………………………...….…. 20




BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Dongeng merupakan kisah yang disampaikan dengan cara bercerita.  Dongeng  biasanya  disampaikan dan dibacakan  oleh guru TK, SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng  juga diceritakan para orang tua disaat menemani  anak-anaknya menjelang  tidur. Anak-anak sangat  suka  ketika  guru  dan orang  tua mereka  mendongeng, apalagi  dongeng  pengantar  tidur. Imajinasi  seorang  anak akan berkembang ketika  mendengarkan sebuah  dongeng.  Anak-anak akan  membayangkan tokoh,  tempat,  dan  peristiwa  yang  dikisahkan. Hal  ini cukup  efektif, karena anak akan mampu menyerap  dengan mudah gambaran  tentang baik dan buruknya  sesuatu hal melalui isi sebuah dongeng.

Dongeng  merupakan suatu  kisah yang diangkat  dari "cerita  tidak nyata atau pemikiran  fiktif' menjadi  suatu alur perjalanan  hidup.  Di dalam dongeng  terkandung pesan moral yang mengajarkan makna hidup dan cara berinteraksi dengan  makhluk  lainnya.  Dongeng  juga  merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara  turun-temurun dari  generasi  ke  generasi.  Dongeng memiliki beragam jenis, antara lain mitos, legenda, sage dan fable.

Namun  sekarang  ini, dongeng  mulai  dilupakan,  karena  banyak anak-anak  tidak  tahu dan tidak  mengenal  apa itu dongeng.  Padahal  di dalam dongeng  terkandung pesan moral yang mengajarkan makna hidup dan  penuh  suri  tauladan.  Dongeng  hampir  pasti  digantikan  oleh  televisi. Televisi bukan hanya merupakan hiburan, bahkan sebagai gaya hidup, pendamping   hidup,    pengasuh    atau    pengganti    orang    tua    untuk menemani  sang anak. Anak-anak cenderung  lebih suka dengan film kartun seperti Sponge  Bob, Avatar,  Shaun  the Sheep,  Sinchan,  Doraemon  dan film sinetron  serial anak seperti  Garuda  Impian  dan Anak Kaki Gunung. Selain  itu  pada  saat  ini  anak-anak   ini  juga  lebih  suka  dengan  games yang ada di computer dibandingkan membaca buku kisah-kisah dongeng.

B.     Rumusan Masalah
1.  Apa itu mendongeng?
2.  Apa saja jenis-jenis mendongeng?
3.  Apa saja metode dalam mendongeng?
4.  Apa manfaat mendongeng?
5.  Bagaimana persiapan mendogeng yang benar?
6.  Bagaimana intonasi dan gerak mata ketika mendongeng?
7.  Apa saja struktur mendongeng?
8.  Bagaimana ciri-ciri dongeng yang baik dan benar?
9.  Apa saja unsur-unsur mendongeng?
10.  Bagaimana cara menjadi pendongeng yang baik?
11.  Komponen-komponen apa saja yang ada dalam mendongeng?
12.  Bagaimana praktik mendongeng?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian mendongeng dan pengertian mendongeng menurut para ahli.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis mendongeng.
3.      Untuk mengetahui metode dalam mendongeng.
4.      Untuk mengetahui manfaat mendongeng.
5.      Untuk mengetahui persiapan mendogeng yang benar.
6.      Untuk memahami intonasi dan gerak mata ketika mendongeng.
7.       Untuk mengetahui struktur mendongeng.
8.      Untuk mengetahui ciri-ciri dongeng yang baik dan benar.
9.      Untuk mengetahui unsur-unsur mendongeng.
10.  Untuk mengetahui dan mempelajari cara menjadi pendongeng yang baik.
11.  Untuk mengetahui komponen-komponen apa saja yang ada dalam mendongeng.
12.   Praktik mendongeng.



BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mendongeng

Dongeng adalah bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa, terjadi diluar nalar manusia yang penuh fantasi dan khayalan (fiksi). Dongeng dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi di dunia nyata. Dongeng memang sudah menjadi pelajaran lama dalam bidang studi Bahasa Indonesia.
            Beberapa pengertian dongeng menurut para ahli yaitu :
  1. Woolfson ( dalam Puspita : 2009) menyatakan hasil riset menunjukkan bahwa dongeng merupakan aktivitas tradisional yang jitu bagi proses belajar dan melatih aspek emosional dalam kehidupan anak-anak. Sebab ketika seseorang masih kanak-kanak, keadaan psikologisnya masih mudah dibentuk dan dipengaruhi. Oleh sebab itu ketika faktor yang memengaruhi adalah hal yang positif maka emosi anak akan positif juga.
  2. Poerwadarminto (dalam Handajani, 2008: 13) menyatakan bahwa dongeng merupakan cerita tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh atau cerita yang tak terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga melukiskan tentang kebenaran, berisikan pelajaran (moral), bahkan sindiran. Pengisahan dongeng mengandung harapan-harapan, keinginan-keinginan, dan nasihat baik yang tersirat maupun tersurat.
  3. Handajani (2008: 14) mengemukakan bahwa dongeng dikemas dengan perpaduan antara unsur hiburan dengan unsur pendidikan. Unsur hiburan dalam dongeng dapat ditemukan pada penggunaan kosa kata yang bersifat lucu, sifat tokoh yang jenaka, dan penggambaran pengalaman tokoh yang jenaka, sedangkan dongeng memiliki unsur pendidikan ketika dongeng tersebut mengenalkan dan mengajarkan kepada anak mengenai berbagai nilai luhur, pengalaman spiritual, petualangan intelektual, dan masalah-masalah sosial di masyarakat.
Dongeng merupakan media yang sangat efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika terhadap anak. Termasuk menimbulkan rasa empati dan simpati anak. Nilai-nilai yang bisa dipetik dari dongeng adalah nilai kejujuran, kerendahhatian, kesetiakawanan, kerja keras, dan lain sebagainya. Bagi murid usia sekolah dasar (SD), ternyata mendongeng masih tetap selalu dinantikan. Cerita atau dongeng adalah salah satu media komunikasi guna menyampaikan beberapa pelajaran atau pesan moral kepada anak. Selain itu, tentu saja, metode-metode pembelajaran lainnya yang pada saat ini telah menggunakan teknologi canggih yang menarik untuk para peserta didik.

Telah terbukti bahwa menyampaikan pembelajaran dengan cara mendongeng pun tak kalah menariknya bila dibandingkan dengan pembelajaran melalui alat peraga atau alat bantu teknologi canggih. pesan moral dapat dengan mudah disampaikan kepada anak melalui sebuah cerita atau dongeng. Tidak ada batasan usia kapan anak mulai boleh mendengarkan dongeng. Anak-anak usia prasekolah dapat mendengarkan cerita sederhana tentang hewan.

Mendongeng bisa menjadi aktivitas berkomunikasi dengan anak yang mudah dan murah. Di samping itu, mendongeng juga bisa menjadi sarana efektif dalam menyampaikan pesan pada anak. Anak tidak merasa dinasehati atau digurui oleh orang tua/pendidik karena tercipta suasana menyenangkan. Anak pun diposisikan sebagai subyek aktif yang ikut bermain peran dan/atau melibatkan seluruh inderanya untuk larut dalam cerita. Materi dongeng dapat diambil dari buku cerita anak-anak yang memuat pesan moral atau dari kejadian sehari-hari yang berlangsung di sekitar lingkungan tinggal anak. Kegiatan mendongeng juga akan menumbuhkan kecintaan anak pada buku karena anak menemukan banyak hal positif yang bisa diperoleh dengan membaca buku. Dongeng bisa berpengaruh pada perkembangan fisik, intelektual, dan mental anak. Ini dikarenakan keterlibatan seluruh indera anak ketika mendengarkan dongeng. Kecerdasan kognitif anak terasah lewat keterampilan berimajinasi dan menyimpulkan makna yang terkandung dalam cerita. Keterlibatan secara aktif dalam aktivitas dongeng akan memberikan pengalaman konkret pada anak sehingga akan tertanam kuat dalam struktur kognitif anak.

Dongeng berpotensi memberikan sumbangsih besar bagi anak sebagai manusia yang memiliki jati diri yang jelas, jati diri anak ditempa melalui lingkungan yang diusahakan secara sadar dan tidak sadar. Dongeng dapat digunakan sebagai sarana mewariskan nilai-nilai luhur kepribadian, secara umum dongeng dapat membantu anak menjalani masa tumbuh kembangnya. Anak-anak dapat memahami pola drama kehidupan melalui tokoh dongeng. Melalui dongeng, anak-anak akan terlibat dalam alur cerita dongeng dalam hal ini anak-anak menumbuhkembangkan intelektualitasnya. Dongeng mampu membawa anak melanglangbuana, memasuki dunia fantasi, menyeret mereka ke dunia antah-berantah dan membayangkan berbagai “kehidupan lain” yang tidak ada di dekat mereka, dalam hal ini dapat menumbuhkan dan menggerakkan daya ciptanya (Thobroni, 2008: 6-8).

B.     Jenis-Jenis Dongeng
Ada beberapa macam dongeng yang perlu kamu ketahui, berikut pembagian jenis-jenis dongeng.
  1. Mite adalah salah satu bentuk dongeng yang menceritakan mengenai hal-hal gaib seperti cerita dewa, hantu, peri, dan hal-hal gaib lainnya.
  2. Sage adalah cerita dongeng yang menceritakan tentang kepahlawanan, keperkasaan, dan kesaktian dari seseorang tokoh.
  3. Fabel adalah bentuk dongeng yang tokoh utamanya adalah hewan yang memiliki perilaku seperti manusia.
  4. Legenda adalah dongeng yang menceritakan tentang peristiwa atau kejadian atau asal-usul dari suatu tempat atau benda.
  5. Cerita jenaka adalah cerita yang berisi tentang kejadian-kejadian lucu yang menghibur siapa saja yang menontonnya.
  6. Cerita pelipur lara adalah cerita yang biasanya digunakan untuk menjamu tamu dan menggunakan media seperti wayang dan alat lainnya.
  7. Cerita perumpamaan adalah bentuk dongeng yang mengandung kiasan/ibarat nasihat-nasihat.
C.    Metode Mendongeng

Ada suatu ungkapan ”Seorang  Guru yang tidak bisa bercerita, ibarat orang yang hidup tanpa kepala”. Betapa tidak, bagi para pengasuh anak-anak (guru, tutor) keahian bercerita merupakan salah satu kemampuan yang wajib dikuasai. Melalui metode bercerita inilah para pengasuh mampu menularkan pengetahuan dan menanamkan nilai budi pekerti luhur secara efektif, dan anak-anak menerimanya dengan senang hati. Pada saat ini begitu banyak cerita yang tersebar, namun masih jarang tulisan dari para praktisi ahli cerita , yang mampu mengarahkan secara khusus untuk ditujukan kepada anak-anak usia dini, sehingga penceritaan yang disampaikan kurang mengena. Apalagi model cerita yang secara khusus didasarkan pada material kurikulum pengajaran di TPA/KB/RA/BA/TK yang berlaku. Padahal panduan praktis semacam ini sangat dibutuhkan oleh tenaga pendidik di seluruh Nusantara. Pada umumnya mereka masih terbatas pengetahuannya tentang metode bercerita. Tulisan ini kami susun dengan maksud agar menjadi salah satu bahan pengayaan ketrampilan mendidik anak, bagi para pendidik anak usia dini dalam kegiatan kepengasuhan yang mereka lakukan.

D.    Manfaat Mendongeng
Ø  Menurut para ahli pendidikan bercerita kepada anak-anak memiliki beberapa fungsi yang amat penting, yaitu :
1. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak
2. Media penyampai pesan/nilai mora dan agama yang efektif
3. Pendidikan imajinasi/fantasi
4. Menyalurkan dan mengembangkan emosi
5. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita
6. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin
7. Sarana hiburan dan penarik perhatian
8. Menggugah minat baca
9. Sarana membangun watak mulia

Ø  Berikut adalah beberapa manfaat lain dari dongeng bagi anak :
1.      Media Menanamkan Nilai dan Etika
Dongeng merupakan media yang sangat efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, termasuk menimbulkan rasa empati dan simpati anak. Nilai-nilai yang bisa dipetik dari dongeng adalah nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, dan lain sebagainya.
2.      Memperkenalkan Bentuk Emosi
Dari dongeng yang diberika, pastinya memiliki karakter dan tokoh yang berbeda-beda. Sebagai orang tua, Anda harus memahami makna daro dingeng tersebut, sehingga Anda bisa memberikan penekanan tertentu  pada dialog dan ekspresi. Selain itu, Anda juga bisa menceritakan emosi para tokoh seperti emosi negatif dan positif. Hal ini akan membantu anak dengan masalah agresifitas dan mengajarkan untuk berempati pada sesama temannya.
3.      Mempererat Ikatan Batin
Bagi orang tua yang memiliki kesibukan yang padat, mendongeng adalah salah satu trik untuk mendekatkan diri pada anak Anda. Kesibukan Anda membuat Anda tidak dapat bermain dengan si kecil setiap saat. Oleh karena itu, pergunakan waktu senggang Anda dirumah untuk memberikan cerita atau dongeng pada anak Anda.
4.      Memperluas Kosa Kata
Semakin banyak membaca, semakin banyak tahu. Orang tua bisa menggunakan dongeng sebagai media untuk memperkenalkan kosa kata asing pada anak yang pastinya akan berguna disekolahan nantinya.
5.      Merangsang Daya Imaginasi
Selain membacakan cerita atau dongeng dari buku, Anda bisa membuat cerita singkat tanpa panduan buku. Kemudian, pandulah anak Anda untuk melanjutkan cerita tersebut  berdasarkan imaginasi mereka sendiri. Ajukan juga beberapa pertanyaan untuk memancing daya imaginasinya.

Ø  Puspita (2009) menyatakan terdapat empat manfaat dari dongeng, yaitu:
1.      Dongeng dapat mengasah imajinasi dan daya pikir anak. Ketika berhadapan dengan dongeng, anak akan memvisualisasikan cerita tersebut sesuai dengan imajinasinya.
2.      Dongeng dapat mempererat ikatan komunikasi antara pendongeng dan audiens.
3.      Dongeng merupakan media efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika.
4.      Dongeng dapat membantu menambah perbendaharaan kata pada anak.

E.     Bagaimana Persiapan Mendongeng?

Sebelum bercerita, pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh :
1.     Pemilihan Tema dan judul yang tepat.
Bagaimana cara memilih tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia misalnya;
a.   Sampai ada usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti Si wortel, Tomat yang Hebat, Anak ayam yang Manja, kambing Gunung dan Kambing Gi as, anak nakal tersesat di hutan rimba, cerita nenek sihir, orang jahat, raksasa yang menyeramkan dan sebagainya.
b.   Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet Biru, Robot pintar, Anak yang rakus dan sebagainya
c.   Pada usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan sebagainya.

2.      Waktu Penyajian
Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut:
a. Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit
b. Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit
c. Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit
Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.

3.      Suasana (situasi dan kondisi)
Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.

F.     INTONASI SUARA DAN GERAKAN MATA SANGAT MENENTUKAN CERITA

Bagaimana cara mengatur intonasi suara dan gerakan mata:
1.    Anda harus mengeluarkan suara yang cukup keras (tidak perlu berteriak) untuk dapat didengar oleh semua anak di kelas.
2.    Untuk menyajikan cerita secara dramatis maka anda harus betul-betul menguasai ceritanya sehingga tahu kapan anda harus menekankan kata-kata tertentu atau memperlihatkan mimik muka tertentu. Misalnya, jika anda sedang bercerita tentang seorang yang sedang berlari ketakutan, anda perlu ikut mempercepat suara anda dengan mimik muka yang tepat untuk menggambarkan kejadian tersebut.
3.     Cara anda memperbesar atau memperkecil suara adalah sesuai dengan penjiwaan anda terhadap cerita tersebut. Jika itu tercapai maka mudah sekali anda menirukan suara-suara tertentu, mis. suara anak kecil atau orang tua, suara orang memerintah atau suara lembut seorang ibu, suara orang ketakutan atau suara orang marah dan lain-lain.
4.    Tujukan gerakan yang sesuai dengan cerita anda. Misalnya, jika anda bercerita tentang seorang yang sedang berbisik, anda perlu menirukan gaya orang yang sedang berbisik dan sebagainya.
5.    Hal yang paling penting dalam bercerita adalah gerakan mata anda. Jangan sekali-sekali membiarkan mata anda menerawang ke angkasa. Tataplah mata anak-anak secara bergantian. Dengan tatapan mata anda ini anda dapat menguasai seluruh kelas.

Untuk dapat menguasai aspek-aspek keterampilan teknis dari penyajian cerita diatas, tentu membutuhkan persiapan yang matang. Selain itu, kemampuan dalam bercerita agar dapat memunculkan berbagai unsur diatas, dan tersaji secara padu, hanya dapat dikuasai dengan pengalaman dan latihan-latihan yang tekun. Bercerita memang salah satu bagian dari keterampilan mengajar. Sebagai sebuah keterampilan, penguasaannya tidak cukup hanya dengan memahami ilmunya secara teoritik saja. Yang lebih penting dari itu adalah keberanian dan ketekunan dalam mencobanya secara langsung. Itulah sebabnya, latihan-latihan tertentu yang rutin sangat dibutuhkan. Yang jelas, keterampilan teknis bercerita hanya dapat dikembangkan melalui latihan dan pengalaman praktek bercerita. Akhirnya ketika anda berbicara atau bercerita kepada anak di depan kelas, ingatlah bahwa suara anda dan mimik muka serta sorotan mata anda sangat menentukan apakah anda akan berhasil menarik perhatian mereka.

G.    Struktur Dongeng
Sebuah dongeng dibangun oleh tiga bagian penting, yaitu pendahuluan, isi atau peristiwa, dan penutup. Berikut penjelasan dari masing-masing bagian dari dongeng.
  1. Pendahuluan, berisi kalimat pengantar untuk memulai dongeng.
  2. Isi (Peristiwa), bagian penting dari dongeng yang isinya mengenai urutan kejadian dari suatu peristiwa.
  3. Penutup, bagian akhir cerita yang dibuat untuk mengakhiri cerita.
H.    Ciri-Ciri Dongeng yang Benar
Seperti layaknya cerita-cerita yang lain, dongeng memilki beberapa ciri yang membedakannya dengan bentuk cerita yang lain. Berikut beberapa ciri-ciri dongeng yang benar.
  1. Diceritakan dengan alur yang sederhana.
  2. Alur cerita singkat dan cepat.
  3. Tokoh yang ada tidak diceritakan secara detail.
  4. Peristiwa yang ada didalamnya kebanyakan fiktif atau khayalan.
  5. Ditulis dengan gaya pencitraan secara lisan.
  6. Lebih menekankan pada bagian isi atau persitiwa.
I.       Unsur-Unsur Mendongeng

Ø  Unsur intrinsik Dalam Dongeng
1. Tema
Tema adalah masalah inti yang merupakan dasar untuk sebuah cerita. Oleh karena itu, dalam rangka untuk mendapatkan tema dalam cerita, pembaca harus membaca cerita untuk menyelesaikan. Tema cerita rakyat akan terkait dengan pengalaman hidup. Biasanya cerita rakyat tema mengandung unsur-unsur alam, peristiwa sejarah, sihir, dewa, misteri, dan hewan.
2. Latar Belakang Atau Pengaturan Pada Dongeng
Latar belakang informasi tentang waktu, suasana, dan juga lokasi di mana cerita rakyat berlangsung.
  • Lokasi latar belakang atau tempat
Lokasi latar belakang informasi tentang cerita yang menjelaskan di mana cerita berlangsung. Sebagai contoh pengaturan lokasi cerita di kerajaan, di desa, di hutan, di pantai, di surga dan lain-lain.
  • Latar Waktu
Waktu latar belakang saat peristiwa dalam dongeng, sebagai contoh pagi, di zaman kuno, pada malam hari, bertahun-tahun, saat matahari terbenam dan lainnya.
  • Latar Belakang Suasana
Informasi latar belakang bahwa Suasana adalah suasana dalam hal tempat dongeng. Misalnya, latar belakang adalah suasana kehidupan masyarakat hidup dalam damai dan kemakmuran, orang hidup dalam ketakutan karena kejam, hutan raja menjadi ramai setelah Purbasari tinggal di sana, dan lainnya.

3. Tokoh
Tokoh merupakan pemeran pada sebuah cerita rakyat. Tokoh pada cerita rakyat dapat berupa hewan, tumbuhan, manusia, para dewa dan lainnya.
  • Dengan penokohan sifatnya dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Karakter utama (biasanya protagonis) yang menjadi tokoh sentral dalam cerita.
Angka-angka ini berperan dalam sebagian besar seri cerita, dari awal hingga akhir cerita. Secara umum, tokoh utama ditampilkan sebagai tokoh yang memiliki kualitas yang baik. Akan Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menemukan karakter utama diceritakan lucu, unik atau bahkan jahat.

2. Lawan yang menonjol (biasanya antagonis).
Antagonis dalam arti karakter yang selalu berlawanan dengan protagonis. Secara umum, antagonis ditampilkan sebagai tokoh “hitam”, angka itu adalah kejahatan.

3. Tokoh pendamping (tritagonis). Tritagonis pemain pembantu.
Dengan cara menunjukkan penokohan karakter dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Yaitu sosok karakter langsung dikenali pembaca karena telah dijelaskan oleh penulis
2. Secara tidak langsung karakter segera dikenali bahwa pembaca karakter untuk menarik kesimpulan sendiri dari dialog, latar belakang suasana, perilaku, penampilan, lingkungan, dan aktor-aktor lain.

4. Alur
Sebuah urutan kejadian dalam cerita rakyat yang. Biasanya cerita rakyat meliputi lima rangkaian acara yang selama pengenalan (Pembukaan), sementara pengembangan, sementara perselisihan (konflik), ketika kesudahan (rekonsiliasi), dan tahap terakhir adalah waktu penyelesaian. Secara umum, aliran dibagi menjadi tiga jenis:
  • Alur maju
  • Alur mundur
  • Alur campuran
5. Sudut pandang
Sudut pandang adalah bagaimana penulis menempatkan dirinya dalam cerita, atau dengan kata lain dari titik di mana penulis melihat cerita. Sudut pandang telah pernanan sangat penting untuk kualitas cerita. Sudut pandang umumnya dibagi menjadi dua :
  • Sudut pandang orang pertama: Penulis bertindak sebagai orang pertama yang bisa menjadi karakter utama dan karakter tambahan dalam cerita.
  • Sudut pandang orang ketiga: Penulis adalah luar cerita dan tidak terlibat secara langsung dalam cerita. Penulis menjelaskan karakter dalam cerita dengan menyebutkan nama karakter atau orang ketiga mengatakan bahwa “dia, mereka”.
6. Amanat atau pesan moral
Adalah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita dan mengatakan bahwa pembaca mendapat pelajaran dari cerita.

7. Majas (Gaya Bahasa)
Gaya bahasa merupakan diaolog yang di gunakan dalam dongeng tersebut.

Ø  Unsur ekstrinsik Dalam Dongeng
Unsur ekstrinsik merupakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi penciptaan sebuah artikel atau karya sastra. Bisa dikatakan unsur ekstrinsik adalah subjektif milik seorang penulis yang bisa menjadi agama, budaya, kondisi sosial, motivasi, yang mendorong sebuah karya sastra diciptakan.
Unsur ekstrinsik dalam cerita rakyat biasanya meliputi:
  • Budaya dan nilai-nilai yang dianut hem.
  • Tingkat pendidikan.
  • Kondisi sosial di masyarakat.
  • Agama dan kepercayaan.
  • Politik, ekonomi, hukum.

J.      Cara Mendongeng
Beberapa cara menjadi pendongeng yang baik :
Baik, dapat diartikan menjadi dua hal. Yang pertama adalah baik dari segi penampilan dan baik orangnya atau pendongengnya. Dalam kesempatan ini akan disampaikan baik dari segi penampilannya. Bagaimanakah seorang pendongeng dapat menampilkan sebuah dongeng dengan baik sehingga dapat menyampaikan materi dongeng dengan menarik. Saya tidak akan menyampaikan teori teks book, tetapi lebih pada penyampaian pengalaman selama menjadi pendongeng dan pendidik.
  1. Kuasailah Materi
Materi dongeng yang akan kita sampaikan hendaklah terkuasai sehingga kita dapat berimprovisasi dengan baik. Menguasai materi cerita berbeda dengan menghafal. Kalau kita menghafal akan sangat sulit seandainya di tengah jalan ternyata ada anak yang bertanya atau menyampaikan suatu kesan. Sangat mungkin seorang yang menghafal sebuah cerita tiba-tiba lupa dan berhenti di tengah-tengah sehingga sangat mengganggu jalannya cerita. Penguasaan di sini lebih di titik beratkan pada penguasaan unsur-unsur pembangun dalam cerita seperti tokoh, seting, alur, dan juga konflik.
Memahami karakter tokoh dalam cerita sangat perlu karena dari tokohlah kita dapat membangun alur dan konflik. Tokoh harus kita bedakan antara yang antagonis dan protagonis sehingga anak dapat membedakan perwatakan masing-masing tokoh. Seting ini sangat berperan dalam membangun suasana cerita sehingga anak dapat membayangkan dimana dan sedang berbuat apa para tokoh dalam cerita.
Alur adalah sesuatu yang sangat vital dalam cerita. Kita harus tahu benar kapan mulai terjadi konflik, hingga klimaks konfliks dan akhirnya penyelesaian. Hal ini dapat membuat cerita kita menjadi hidup dan menarik. Penciptaan konflik yang dramatis akan membuat sebuah cerita tetap berkesan di alam imajinasi anak. Sehingga seorang pendongeng haruslah cermat dalam penciptaan konflik .

2. Hidupkan Tokoh
“Bibi…. Aku tidak boleh ikut main sama teman-teman”
“lho….. mengapa demikian?”
“katanya aku berbeda dengan mereka”

Sepenggal percakapan tadi tidak akan menarik seandainya kita hanya membaca dengan biasa tetapi cobalah eksplorasi ekspresi emosi apa yang muncul ketika seorang anak sedang berkata kepada bibinya. Memberi ekspresi emosi inilah yang disebut menghidupkan tokoh apalagi disertai ekspresi mimik pendongeng yang pas. Secara audio pun seorang anak akan dapat mengimajinasikan keadaan tokoh-tokoh dalam cerita. Kemampuan ini sebenarnya dapat dilatihkan secara struktural, tetapi ada juga yang memang mempunyai bakat. Latihan secara struktural itu sebenarnya telah anda lakukan tiap hari yaitu mengamati kehidupan sosial yang ada di kehidupan kita atau melihat pengalaman hidup yang pernah kita rasakan. Bagaimana rasanya ketika kita sedih, bagaimana rasanya ketika kita marah, bagaimana rasanya ketika kita senang, dan lain-lain.
  1. Menghidupkan Kata-kata
Menghidupkan kata dapat dilakukan dengan cara memberi sifat pada kata-kata tersebut.
“tiba-tiba harimau itu menyambar Gurka dengan kukunya yang tajam
dan….. bettt, dada Gurka terobek hingga mengeluarkan darah yang merah.”
“air yang sejuk di pegunungan itu gemericik menambah sejuknya suasana”
dari dua contoh kalimat tersebut, kita akan melihat betapa sebuah kata akan memiliki “roh” yang berbeda dengan kata yang lain. 

Mengucapkan kata merah, darah akan sangat berbeda dengan air, sejuk. Coba fahami perbedaannya. Kata merah dan darah bersifat mengerikan, menakutkan, dan lain sebagainya, sedangkan kata air dan sejuk mempunyai sifat damai, tentram, dan lain sebagainya. Itulah yang dinamakan menghidupkan kata kata.
  1. Ikhlaslah dalam Mendongeng
Sedapat mungkin kita harus ikhlas ketika kita mendongeng. Suasana hati akan sangat berpengaruh ketika kita menyampaikan sebuah dongeng. Bayangkan seandainya kita mendongeng sementara di rumah kita sedang terjadi konflik dengan keluarga tentu dongeng kita akan semuanya berisi ekspresi marah dan kesal, meskipun sedang mendongengkan sebuah cerita bahagia. Buatlah suasana hati yang segar dan tenang ketika hendak mendongeng.
  1. Teknik Mengawali dan Mengakhiri Cerita
Awalilah sebuah cerita dengan appersepsi yang menarik. Banyak sekali tehnik-tehnik muncul yang dapat kita gunakan. Buatlah beberapa improvisasi lewat lagu, suara yang beranekaragam, atau menggunakan alat peraga. Dapat juga menggunakan beberapa kali pengulangan hingga anak dapat mennirukannya (Familia: April 2003: 20). Margaret Read Mc. Donald, seorang pendongeng Amerika lebih memilih metode yang terakhir. Ia akan mengulang kata-kata dan gerakan beberapa kali sampai anak memperhatikan dan mungkin menirukannya. Wees Ibnu Say, Ketua Lembaga Rumah Dongeng Indonesia, lebih memilih membuat improvisasi lewat suara atau lagu dalam membuat appersepsi.

Akhirilah sebuah cerita dengan ending yang terbuka sehingga akan memancing anak untuk ingin tahu cerita selanjutnya. Ini juga akan membuat anak menanti cerita kita yang selanjutnya.

K.    Komponen-komponen dalam Dongeng
Dongeng termasuk kedalam cerita narative, maka dari itu susunan penulisanya atau penyampaianya dan bentuknya sama dengan cerita-cerita naratif, hanya ada beberapa saja yang berbeda tapi pada dasarnya semuanya sama.
Didalam dongeng juga ada pelaku, tema, dan ciri-cirinya seperti berikut :
Pelaku atau Tokoh dalam Dongeng
a)  Dewa dan dewi, ibu dan saudara tiri yang jahat, raja dan ratu, pangeran dan putri.
b)   Peri, wanita penyihir, raksasa, orang kerdil, putri duyung, monster, naga.
c)   Binatang, misalnya ikan ajaib dan kancil.
d)   Kastil, hutan yang memikat, negeri ajaib.
e)  Benda ajaib, misalnya lampu ajaib, cincin, permadani, dan cermin.

Tema Dongeng :
  1. Moral tentang kebaikan yang selalu menang melawan kejahatan.
  2. Kejadian yang terjadi di masa lampau, di suatu tempat yang jauh sekali .
  3. Tugas yang tak mungkin dilaksanakan.
  4. Mantra ajaib, misalnya mantra untuk mengubah orang menjadi binatang.
  5. Daya tarik yang timbul melalui kebaikan dan cinta.
  6. Pertolongan yang diberikan kepada orang baik oleh makhluk dengan kekuatan ajaib.
  7. keberhasilan anak ketiga atau anak bungsu ketika sang kakak gagal.
  8. Kecantikan dan keluhuran anak ketiga atau anak bungsu.
  9. Kecemburuan saudara kandung yang lebih tua.
  10. Kejahatan ibu tiri.

L.     PRAKTIK MENDONGENG

1.    Teknik Bercerita: Pendidik perlu mengasah keterampilannya dalam bercerita, baik dalam olah vokal, olah gerak, bahasa dan komunikasi serta ekspresi. Seorang pencerita harus pandai-pandai mengembangkan berbagai unsur penyajian cerita sehingga terjadi harmoni yang tepat. Secara garis besar unsur-unsur penyajian cerita yang harus dikombinasikan secara proporsional adalah sebagai berikut : (1) Narasi (2) Dialog (3) Ekspresi (terutama mimik muka) (4) Visualisasi gerak/Peragaan (acting) (5) Ilustrasi suara, baik suara lazim maupun suara tak lazim (6) Media/alat peraga (bila ada) (7) Teknis ilustrasi lainnya, misalnya lagu, permainan, musik, dan sebagainya.

2.     Mengkondisikan anak : Tertib merupakan prasyarat tercapainya tujuan bercerita. Suasana tertib harus diciptakan sebelum dan selama anak-anak mendengarkan cerita. Diantaranya dengan cara-cara sebagai berikut:
a)    Aneka tepuk: seperti tepuk satu-dua, tepuk tenang, anak sholeh dan lain-lain. Contoh ; Jika aku (tepuk 3x) sudah duduk (tepuk 3x) maka aku (tepuk 3x) harus tenang (tepuk 3x) sst…sst..sst…
b)  Simulasi kunci mulut: Pendidik mengajak anak-anak memasukkan tangannya ke dalam saku, kemudian seolah-olah mengambil kunci dari saku, kemudian mengunci mulut dengan kunci tersebut, lalu kunci di masukkan kembali ke dalam saku.
c)  “Lomba duduk tenang”, Kalimat ini diucapkan sebelum cerita disampaikan, ataupun selama berlangsungnya cerita. Teknik ini cukup efektif untuk menenangkan anak, Apabila cara pengucapannya dengan bersungguh-sungguh, maka anak-anak pun akan melakukannya dengan sungguh-sungguh pula.
d)    Tata tertib cerita, sebelum bercerita pendidik menyampaikan aturan selama mendengarkan cerita, misalnya; tidak boleh berjalan-jalan, tidak boleh menebak/komentari cerita, tidak boleh mengobrol dan mengganggu kawannya dengan berteriak dan memukul meja. Hal ini dilakukan untuk mencegah anak-anak agar tidak melakukan aktifitas yang mengganggu jalannya cerita
e)   Ikrar, Pendidik mengajak anak-anak untuk mengikrarkan janji selama mendengar cerita, contoh:
Ikrar..! Selama cerita, Kami berjanji 1. Akan duduk rapi dan tenang 2. Akan mendengarkan cerita dengan baik .
f)   Siapkan hadiah!, secara umum anak-anak menyukai hadiah. Hadiah men dorong untuk anak-anak untuk mendapatkannya, meskipun harus menahan diri untuk tidak bermain dan berbicara. Bisa saja kita memberikan hadiah imajinatif seperti makanan, binatang kesayangan, balon yang seolah-olah ada di tangan dan diberikan kepada anak, tentu saja diberikan kepada anak-anak yang sudah akrab dengan kita, seringkali teknik ini menimbulkan kelucuan tersendiri.

3.   Teknik membuka Cerita ”Kesan pertama begitu menggoda selanjutnya ….terserah anda”, Kalimat yang mengingatkan kita pada salah satu produk yang diiklankan. Hal ini mengingatkan pula betapa pentingnya membuka suatu cerita dengan sesuatu cara yang menggugah. Mengapa harus menggugah minat? Karena membuka cerita merupakan saat yang sangat menentukan, maka membutuhkan teknik yang memiliki unsur penarik perhatian yang kuat, diantaranya dapat dilakukan dengan:
a.   Pernyataan kesiapan : “Anak-anak, hari ini, Ibu telah siapkan sebuah cerita yang sangat menarik…” dan seterusnya.
b.    Potongan cerita: “Pernahkah kalian mendengar, kisah tentang seorang anak yang terjebak di tengah banjir?, kemudian terdampar di tepi pantai…?”
c.     Sinopsis (ringkasan cerita), layaknya iklan sinetron “Cerita bu Guru hari ini adalah cerita tentang “seorang anak kecil pemberani, yang bertempur melawan raja gagah perkasa perkasa ditengah perang yang besar” (kisah nabi Daud) mari kita dengarkan bersama-sama !
d.    Munculkan Tokoh dan Visualisasi “ dalam cerita kali ini, ada 4 orang tokoh penting…yang pertama adalah seorang anak yang jago main karate, ia tak takut dengan siapapun…namanya Adiba, yang kedua adalah seorang ketua gerombolan penjahat yang bernama Somad, badannya tinggi besar dan bila tertawa..iiih mengerikan karena sangat keras”…HA. HA..HA..HA..HA”, Somad memiliki golok yang sangat besar, yang ketiga seorang guru yang bernama Umar, wajahnya cerah dan menyenangkan…dan seterusnya.
e.   Pijakan (setting) tempat “Di sebuah desa yang makmur…”, “Di pinggir pantai..” “Di tengah Hutan…” “Ada sebuah kerajaan yang bernama ..” “Di sebuah Pesantren…” dan lain-lain.
f.     Pijakan (setting) waktu, “Jaman dahulu kala…” “Jaman pemerintahan raja mataram …” ”Tahun 2045 terjadi sebuah tabrakan komet…” “Pada suatu malam…” “Suatu hari…” dan lain-lain.
g.     Ekspresi emosi: Adegan orang marah, menangis, gembira, berteriak-teriak dan lain-lain.
h.  Musik & Nyanyian “Di sebuah negeri angkara murka, dimulai cerita…(kalimat ini dinyanyikan), atau ambillah sebuah lagu yang popular, kemudian gantilah syairnya dengan kalimat pembuka sebuah cerita.
i.    Suara tak Lazim atau ”Boom” ! : Pendidik dapat memulai cerita dengan memunculkan berbagai macam suara seperti; suara ledakan, suara aneka binatang, suara bedug, tembakan dan lain-lain.

4.      Menutup Cerita dan Evaluasi
a.  Tanya jawab seputar nama tokoh dan perbuatan mereka yang harus dicontoh maupun ditinggalkan.
b.    Doa khusus memohon terhindar dari memiliki kebiasaan buruk seperti tokoh yang jahat, dan agar diberi kemampuan untuk dapat meniru kebaikan tokoh yang baik.
c.    Janji untuk berubah; Menyatakan ikrar untuk berubah menjadi lebih baik, contoh “Mulai hari ini, Aku tak akan malas lagi, aku anak rajin dan taat kepada guru!”
d.  Nyanyian yang selaras dengan tema, baik berasal dari lagu nasional, popular maupun tradisional.
e.    Menggambar salah satu adegan dalam cerita. Setelah selesai mendengar cerita, teknik ini sangat baik untuk mengukur daya tangkap dan imajinasi anak.

5.   Penanganan Keadaan Darurat Apabila saat bercerita terjadi keadaan yang mengganggu jalannya cerita, pendidik harus segera tanggap dan melakukan tindakan tertentu untuk mengembalikan keadaan, dari kondisi yang buruk kepada kondisi yang lebih baik (tertib). Adapun kasus-kasus yang paling sering terjadi adalah:
a.    Anak menebak cerita. Penanganan: Ubah urutan cerita atau kreasikan alur cerita.
b.  Anak mencari perhatian. penanganan: sampaikan kepada anak tersebut bahwa kita dan teman-temannya terganggu, kemudian mintalah anak tersebut untuk tidak mengulanginya.
c.  Anak mencari kekuasaan. Penanganan: Pendidik lebih mendekat secara fisik dan lebih sering melakukan kontak mata dengan hangat.
d.  Anak gelisah. Penanganan: Pendidik lebih dekat secara fisik dan lebih sering melakukan kontak mata dengan hangat, kemudian mengalihkan perhatiannya kepada aktivitas bersama seperti tepuk tangan dan penyanyi yang mendukung penceritaan.
e.    Anak menunjukkan ke tidak puasan. Penanganan: Pendidik membisikkan ke telinga anak tersebut dengan hangat ”Adik anak baik, Ibu makin sayang jika adik duduk lebih tenang”
f.    Anak-anak kurang kompak. Pananganan: pendidik lebih variatif mengajak tepuk tangan maupun yel-yel.
g.  Kurang taat pada aturan atau tata tertib. Penanganan: Pendidik mengulangi dengan sungguh-sungguh tata tertib kelas.
h.   Anak protes minta ganti cerita. Penanganan: Katakanlah ”Hari ini ceritanya adalah ini, cerita yang engkau inginkan akan Ibu sampaikan nanti”.
i.       Anak menangis. Penanganan: Mintalah orang tua atau pengasuh lainnya membawa keluar.
j.   Anak berkelahi. Penanganan: Pisahkan posisi duduk mereka jangan terpancing untuk menyelesaikan masalahnya, namun tunggu setelah selesai cerita.
k.   Ada tamu. Penanganan: Berikan isyarat tangan kepada tamu agar menunggu, kemudian cerita diringkas untuk mempercepat penyelesaiannya Suasana cerita sangat ditentukan oleh ketrampilan bercerita pendidik dan hubungan emosional yang baik antara pendidik dengan anak-anak. Beberapa kasus di atas hanyalah sebagian contoh yang sering muncul saat seorang pendidik bercerita, jadi penanganannya bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kreativitas pendidik. 

6.   Media dan Alat bercerita Berdasarkan cara penyajiannya, bercerita dapat disampaikan dengan alat peraga maupun tanpa alat peraga (dirrect story). Sedangkan bercerita dengan alat peraga tersebut dibedakan menjadi peraga langsung (membawa contoh langsung: kucing dan sebagainya) maupun peraga tidak langsung (boneka, gambar, wayang). Agar bercerita lebih menarik dan tidak membosankan, pendidik disarankan untuk lebih variatif dalam bercerita, adakalanya mendongeng secara langsung, panggung boneka, papan flanel, slide, gambar seri, membacakan cerita dan sebagainya.sehingga kegiatan bercerita tidak menjemukan.
7.      Cara mendongeng (bercerita) dengan alat peraga boneka tangan

1.   Boneka yang dapat digunakan dalam bercerita (mendongeng) misalnya boneka gagang, boneka tempel, boneka gantung dan boneka tangan.
2.    Jarak boneka jangan terlalu dekat dengan mulut orang yang bercerita.
3.   Maksimalkan latar depan dan belakang, misalnya bagian depan diisi dengan hiasan kecil yanag menyerupai wujud asli, seperti rumput, bunga-bungaan dan bagian belakang diisi dengan gambar-gambar yang relatif permanen seperti gunung, rumah-rumahan, gedung, gua, sawah, hutan dan lain-lain.
4.  Tutup bagian depan dan bawah menggunakan kain, kayu atau gambar yang berfungsi sebagai penutup gerak pencerita, sehingga perhatian anak dapat tertuju sepenuhnya  pada boneka.
5. Jika diperlukan, bisa menyediakan peralatan tambahan seperti tape recorder, musik pengiring dan lain-lain.
6.   Biasanya sandiwara boneka tangan panggung memerlukan minimal dua orang, yang salah satunya sebagai pencerita utama dan lainnya sebagai pencerita pendukung dan biasanya merangkap sebagai operator musik.
7.   Memaksimalkan peran musik pengiring dan penegas untuk menghidupkan latar cerita dan pembangkit suasana dramatik.



BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng berfungsi untuk menyampaikan moral (mendidik) dan juga menghibur.


Daftar Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar