MAKALAH PSIKOLOGI KOGNITIF
KREATIVITAS
Dosen
Pengampu :
Drs.
Herman Lusa, M.Pd
Disusun
Oleh :
Kelompok
8
SADELA NURHAYANI (A1G016071)
CINDY DEHVISI (A1G016040)
GUSTI KRISTIA NINGRUM (A1G016070)
PROGRAM STUDY
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2016/2017
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Psikologi Kognitif yang berjudul “
Kreativitas” ini dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Kognitif oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Drs. Herman Lusa, M.Pd
Makalah ini di harapkan mampu
membantu dan memperdalam pengetahuan kita mengenai Psikologi Kognitif terutama
dalam kegiatan belajar mengajar di SD. Selain itu, makalah ini diharapkan agar
menjadi bacaan para pembaca agar menjadi warga Negara yang bermoral dan bertanggung
jawab khususnya dalam dunia pendidikan.
Oleh karena itu, makalah ini diharapkan agar kita memiliki sikap yang
kritis terhadap situasi kondisi dan juga dapat menerima perubahan yang terjadi
di masyarakat terutama dalam dunia pendidikan. Kami juga memerlukan kritik dan
saran dari para pembaca demi sempurnanya
makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang
sudah berkenan membaca makalah ini dengan tulus ikhlas. Semoga makalah ini
bermanfaat khususnya bagi kami dan pembaca. Aamiin
Bengkulu, 18 Mei 2017
DAFTAR ISI
Halaman Judul
………………………………………………….. i
Kata Pengantar
…………………………………………………. ii
Daftar Isi
………………………………………………………... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………..... 1
C. Tujuan Makalah ………………………………………………............ 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kreatif dan Kreativitas ………………………………….....
3
B. Proses-proses Kreatif …………………………………………………. 4
C. Tahapan Proses Kreatif ………………………………………...…….. 5
D. Dimensi Perilaku Kreatif …………………………………………….... 9
E. Cara Pengukuran Kreatifitas ………………………………………….. 11
F. Cara Meningkatkan Kreativitas ………………………………………. 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………..…. 16
B. Saran ………………………………………………………………..… 16
Daftar Pustaka
………………………………………………...… 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena kreativitas merupakan suatu
kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan
manusia. Kreativitas manusia melahirkan pencipta besar yang mewarnai
sejarah kehidupan umat manusia dengan karya-karya spektakulernya. Seperti Bill
Gate si raja microsof, JK Rolling dengan novel Harry Poternya, Ary
Ginanjar dengan ESQ (Emotional & Spiritual Question) , penulis
Pramudia Anatatur dengan karya-karyanya yang tak lekang oleh
waktu, penyanyi Kris Dayanti, Mely Guslow, Seniman Titik Puspa, dll.
Apa yang mereka ciptakan adalah karya orisinil yang luar biasa dan
bermakna, sehingga orang terkesan dan memburu karyanya. Kreativitas tidak hanya
sekedar keberuntungan tetapi merupakan kerja keras yang
disadari. Kegagalan bagi orang yang kreatif hanyalah
merupakan variabel pengganggu untuk keberhasilan. Dia akan mencoba
lagi, dan mencoba lagi hingga berhasil. Orang yang kreatif
menggunakan pengetahuan yang kita semua memilikinya dan membuat lompatan yang
memungkinkan, mereka memandang segala sesuatu dengan cara-cara yang baru.
Gordon Dryden (2000: 185) dalam buku Revolusi Cara Belajar mengatakan
bahwa ,” Suatu ide adalah kombinasi baru dari unsur-unsur
lama. Tidak ada elemen baru. Yang ada hanyalah
kombinasi-kombinasi baru.”
B.
Rumusan Masalah
1. Apa itu kreatif dan kreativitas ?
2. Bagaimana proses-proses kreatif itu ?
3. Bagaimana tahapan proses kreatif ?
4. Bagaimana dimensi perilaku kreatif ?
5. Bagaimana cara pengukuran kreatifitas ?
6. Bagaimana cara meningkatkan kreativitas ?
C.
Tujuan Makalah
1. Untuk mengetauhui dan memahami apa itu kreatif dan
kreativitas.
2. Untuk mengetahui dan memahami proses-proses kreatif.
3. Untuk mengetahui dan memahami tahapan proses
kreatif.
4. Untuk mengetahui dan memahami dimensi perilaku
kreatif.
5. Untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana
mengukur kreativitas seseorang.
6. Untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana
meningkatkan kreativitas seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kreatif dan Kreativitas
Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata baik dalam bentuk
karya baru yang belum ada sebelumnya maupun kombinasi dari beberapa hal yang
sudah ada yang kemudian menjadi modifikasi karya yang terbarukan. Kreativitas
adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru
mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis. Selain itu pengertian lain Kreativitas (creativity) adalah salah satu
kemampuan intelektual manusia yang sangat penting dan oleh kebanyakan ahli
psikologi kognitif dimasukkan kedalam
kemampuan memecahkan masalah. Kreativitas juga sering disebut berpikir kreatif
(creative thinking) .
Menurut pedapat ahli, Kreativitas adalah:
1. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta
sesuatu atau daya cipta menghasilkan sesuatu.”
2. Menurut Carl
Rogers (1951),”Kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan
diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang menjadi matang kecenderungan
untuk mengekspresikan dan mengaktifkan ssemua kemampuan organisme “.
3. Menurut David
Cambell (1960) “ Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:
a.
Baru (novel) : inovatif, belum
ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan.
b.
Berguna (useful)
: lebih enak, lebih.
c. Praktis, mempermudah,
memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi
hambatan ,mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik/banyak.
d. Dapat dimengerti
(understandble) : hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain
waktu.
4. Menurut Clark
Moustastis (dalam deBono,1970), “Kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan
dan mengaktualisasikan indetitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan
dengan diri sendiri, dengan alam,dan dengan orang lain”.
5. Menurut Conny R.
Semiawan (2009),”Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberi gagasan baru dan
bisa menerapkannya dalam pemecahan masalah”.
Kreativitas juga dapat
didefinisikan sebagai “aktivitas kognitif atau proses berpikir untuk
menghadilkan gagasan-gagasan yang baru dan berguna atau new ideas and useful
(Halpem, 1996; Suharman, 1998, 2000)
B.
Proses- Proses Kreatif
Menurut Diane F Halpem (1996) proses-proses kreatif dapat digambarkan sebagi wujud sensitivity (kepekaan), synergy (penggabungan) dan serendipity (keberuntungan). Ketiga proses ini selanjutnya sering disingkat dengan 35.
Menurut Diane F Halpem (1996) proses-proses kreatif dapat digambarkan sebagi wujud sensitivity (kepekaan), synergy (penggabungan) dan serendipity (keberuntungan). Ketiga proses ini selanjutnya sering disingkat dengan 35.
a.
Sensitivity (kepekaan)
Kepekaan adalah penggunaan alat – alat indera
sebagai jendela untuk mengetahui dan menguasai dunia tau lingkungan. Berpikir
kreatif dampaknya melibatkan perhatian atau ingatan seseorang mengenai beberapa
aspek penting. Salah satu ciri orang kreatif adalah kemampuan untuk menemukan
maslah, dan tidak hanya kemampuan untuk memecahkannya. Kepekaan terhadap adanya
suatu masalah sering disebut penemuan masalah (problem finding). Menurut
Brugman (1996) penemuan maslah adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi adalanya maslah atau kesenjangan (problem sesnsitivity) dan
meurmuskan pokok permaslahan (problem formulation.
b.
Sinergy (penggabungan)
Sinergi dimaknai sebagai menggabungkan bersama
bagian-bagian yang terpisah ke dalam totalitas fungsi yang berguna. Sinergi ini bisa menggabungkan antar elemen benda,
bisa menggabungkan antar orang yang berbeda minat, hobi, profesi, bisa
menggabungkan antar kelompok (komunitas) yang berbeda-beda.
c.
Serendipity (keberuntungan)
Keberuntungan adalah suatu penemuan yang terjadi
secara kebetulan atau tanpa direncanakan akibat adanya suatu kejadian atau
kesempatan. Kadang-kadang seseorang dapat menemukan cara baru yang sebelumnya
tidak terpikirkan setelah ia melihat suatu kejadian atau menghadapi masalah
yang harus dicari jalan keluarnya.
C.
Tahapan Proses Kreatif
Berdasarkan sejarah
psikologi kognitif. Graham Wallas (31 Mei 1858 – 9 Agustus 1932) dalam bukunya
yang terbit tahun 1962 menjelaskan, bahwa ada empat tahapan dalam proses
berfikir kreatif yaitu:
a.
Persiapan
Memformulasikan suatu
masalah dan membuat usaha awal untuk memecahkannya dengan cara mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan dengan permasalahan.
b.
Inkubasi
Masa dimana tidak ada
usaha yang dilakukan secara langsung untuk memecahkan masalah dan perhatian
dialihkan sejenak pada hal lainnya.
Meski demikian, sebenarnya di dalam pikiran ketidaksadaran orang itu tetap
berlangsung proses pencarian permasalahan.
Sementara itu, Michael
Posner ( L. 12 September 1936), seorang psikolog Amerika, yang bekerja di
University of Oregon, memberikan beberapa hipotesis mengenai tahap inkubasi.
Salah satu pernyataan mengenai tahap inkubasi bahwa tahap inkuibasi dapat
membebaskan kita dari pikiran-pikiran yang melelahkan akibat proses pemecahan
masalah. Melupakan sebuah masalah yang berat dalam sementara waktu dapat
membantu kita untuk menemukan pendekatan-pendekatan atau ide-ide baru yang
lebih sesuai untuk menyelesaikan masalah tersebut. Perlu kita ketahui bahwa “functional
fixedness” (ketetapan fungsional) dapat menghambat proses pemecahan masalah
(Posner, 1973). Tahap inkuibasi juga dapat membantu kita dalam proses kreatif,
karena pada tahap inkuibasi ini sebenarnya kita seringkali dapat memecahkan
suatu masalah tanpa kita sadari.
c.
Iluminasi
Memperoleh insight
(pemahaman yang mendalam) dari masalah tersebut. Namun, gagasan ini masih
berupa gagasan pokok atau garis besar. Tahapan ini sering disebut tahapan
munculnya ilham secara tiba-tiba, berupa kilatan imajinasi yang melahirkan
jawaban atas permasalahan.
Tahap inkuhasi tidak
selalu memicu terjadinya ilumniasi (pencerahan). Pada saat iluminasi atau
pencerahan terjadi, jalan terang menuju permasalahan mulai terbuka. Seseorang
akan merasakan sensasi kegembiraan yang luar biasa, karena pemahaman meningkat,
semua ide muncul, dan ide-ide tersebut saling melengkapi satu sama lain untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Semua terobosan-terobosan kreatifmuncul pada
tahap ilumnisai. Dalam konteks ini, diberi contoh terobosan kuliner variasi
makanan Surabi di kota Bandung.
d.
Verifikasi
Menguji pemahaman yang
telah didapat dan membuat solusi. Setelah sebuah ide/solusi diperoleh, maka
ide/solusi tersebut harus diuji. Tahap verifikasi ini merupakan tahap untuk
menguji sebuah produk hasil proses kreatif untuk membuktikan legitimasinya. Tahap
verifikasi pada umumnya lebih singkat daripada tahap-tahap sebelumnya, karena
tahap ini hanya menguji dan meninjau kembali hasil perhitungan seseorang, atau
dapat juga untuk melihat apakah penemuannya berhasil atau tidak. Tetapi dalam
beberapa kasus, verifikasi masih membutuhkan waktu untuk melakukan penelitian
lebih lanjut maupun peninjauan ulang.
Adapun hubungan antara
kreatifitas dan functional fixedness
yaitu functional fixedness dapat
menghambat kreatifitas (dimana ada kesamaan konsep antara pemecahan masalah
dengan kreatifitas). Seseorang yang selalu melakukan hal-hal yang sama dari
waktu ke waktu, maupun yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang sama dari waktu
ke waktu dianggap sebagai orang yang tidak imajinatif dan membosankan. Hal
tersebut sangat bertentangan dengan orang-orang kreatif. Orang kreatif selalu
melihat adanya suatu hubungan yang unik dari beberapa hal yang tampaknya tidak
saling berhubungan.
Orang kreatif adalah
orang yang pertama kali tertantang untuk mencoba dan menghasilkan sesuatu yang
baru. Sternberg dan Lubart (1996) mengembangkan teori kreatifitas berdasarkan
pendekatan multivariate terhadap sebuah topik, yang mempunyai enam atribut,
keenam atribut kreativitas tersebut
adalah :
1.
Proses
Inteligensi
2.
Gaya Intelektual
3.
Pengetahuan
4.
Kepribadian
5.
Motivasi
6.
Konteks
Lingkungan
Pada umumnya, sebuah
tindakan yang kreatif sangat jarang ditemukan. Hal tersebut bukan berarti bahwa
seseorang tidak mempunyai salah satu dari enam atribut tersebut. Tetapi sangat
sulit untuk mengembangakan keenam atribut tersebut bekerja secara bersamaan.
Keenam atribut tersebut cenderung dilihat sebagai investasi portofolio yang
dapat dilihat dalam duni bisnis dan perusahaan. Portofolio kreativitas kita
sebenarnya merupakan dasar dari tindakan kreatif kita. Keenam atribut portofolio tersebut dapat dikombinasikan
dengan tindakan kreatif disegala bidang dalam kehidupan dan lingkungan
intelektual (seperti sekolah dan keluarga) yang mempunyai peran penting
terhadap kreativitas.
Teori kretivitas dari
Sternberg dan Lubart memaparkan
spesifikasi masing-masing atribut secara lengkap, yang dapat dipelajari secara
analitikal maupun longtidunial. Berdasarkan hal tersebut, dapat kita lihat
dengan jelas bahwa kreativitas bukan hanya terdiri dari satu sifat, keahlian,
maupun ketangkasan saja, tetapi merupakan kombinasi dari beberapa factor yang
dapat diidentifikasi dan dianalisis. Meneliti kreativitas manusia bukan hanya
sekedar persoalan mengidentifikasi dan menjumlahkan masing-masing atribut dan
menambahkannya untuk menentukan indeks kreativitas, tetapi lebih pada
mengidentifikasi dan meneliti /menentukan kekuatan interaksi antara
masing-masing atribut. Kombinasi dari kekuatan masing-masing atribut
memungkinkan terbentuknya jaringan yang
kompleks yang dapat membingungkan para peneliti. Karena secara keseluruhan, ide
merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Oleh karena itulah pencetus teori ini
menyatakan bahwa meneliti kreativitas hanya dari satu atribut saja merupakan
satu spekulasi yang sangat berisiko.
Berfikir kreatif juga
sama dengan berfikir lateral. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh
deBono (1970). Berfikir lateral adalah berfikir disekitar masalah (around
problem) atau berfikir dengan bergerak kesamping, bukan bergerak kedepan dan
meneruskan yang sudah ada. Jadi, berfikir lateral selalu mencari alternatif lain
di dalam memandang sesuatu atau memecahkan suatu masalah, dan tidak terpaku
pada cara-cara yang sudah ada untuk memperbaikinya.
Suatu gagasan dikatakan
kreatif apabila memiliki kriteria baru di dalam beberapa aspeknya. Kriteria
baru dapat mencakup dua perspektif, yaitu perspektif psikologi dan perspektif
budaya (Anderson, 1980).
a.
Perspektif Psikologis
Suatu gagasan dapat
dikatakan baru atau original apabila pemikir sendiri belum pernah menghasilkan
gagasan itu, meski di tempat lain mungkin orang lain telahmengasilkan gagasan
serupa, namun hal ini terjadi secara kebetulan.
b.
Perspektif Budaya
Suatu gagasan dapat
dikatakan baru atau original jika memang gagasan itu belum pernah dijumpai
dilingkungan budaya masyarakat tertentu. Kriteria baru juga tidak berarti baha
gagasan yang dikembangkan dari hasil memodifikasi atau mengubah gagasan-gagasan
yang sudah ada sebelumnya. Kriteria kedua bagi
kreativitas adalah kegunaan. Terhadap criteria kegunaan ini, sebagian ahli
berpendapat tidak perlu, yang penting
suatu gagasan atau pemikiran memiliki aspek baru. Sebab, kegunaan atau aspek
praktis dari suatu gagasan seringkali bersifat relative, tergantung pada suatu
budaya, perjalanan waktu, dan tujuan
yang diinginkan oleh pemokir sendiri.
Jika digunakan
pendekatan berfikir ideal, suatu gagasan kreatif harus memenuhi kedua kriteria
tersebut meskipun kenyataannya bukan pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu,
lebih baik digunakan pendekatan berfikir normal-realistis, sehingga orang dapat
memilih mana diantara kedua criteria ini yang lebih diutamakan di dalam proses
kreatif.
Adapun beberapa
pemahaman yang salah tentang kreativitas yaitu selama ini kreativitas terkesan
lebih dekat dengan orang-orang yang bekerja dibidang perancang dan perekayasa,
peneliti, ilmuan ataupun seniman. Ini merupakan pandangan yang tidak benar atau
misconception. Sebenarnya hampir semua bidang kehidupan manusia dapat dijangkau
oleh kreaifitas. Di samping itu, suatu anggapan yang salah adalah bahwa
kreativitas hanya berhubungan dengan karya-karya para seniman/ilmuan lainnya.
Kreativitas tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang memang pekerjaannya
menuntut pemikiran kreatif (sebagai suatu profesi), tetapi juga dapat dilakukan
oleh orang-orang biasa dalam menyelesaikan tugas-tugas dan mengatasi masalah
sehari-hari.
D.
Dimensi Perilaku Kreatif
Ada beberapa dimensi
perilaku kreatif (Creative Behaviors) menurut Stemberg (1985) diantaranya :
Dimensi 1 : Nonentranchment (tanpa kubu dan bebas masuk)
a.
Memperbaiki atau
menyempurnakan aturan-aturan sepanjang waktu.
b.
Impulsive
(mempertirukan kehendak hati)
c.
Mengambil
peluang atau memanfaatkan kesempatan
d.
Cenderung
mengetahui keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki dan mencoba apa yang menurut
orang lain dianggap tidak mungkin.
e.
Emosional
(kepekaan emosi)
f.
Memilki semangat
bebas
g.
Membangun istana
dilangit(angan-angan yang tinggi)
h.
Tidak konformis
i.
Tidak ortodok (tidak
konvensional)
Dimensi 2 : Rasa keindahan dan imajinasi
a.
Memilki
apresiasi terhadap seni, music, dan sebagainya
b.
Suka sendirian
ketika sedang menciptakan sesuatu yang baru
c.
Dapat menulis,
menggambar, dan membuat komposisi music
d.
Memiliki cita
rasa yang baik
e.
Menggunakan/memanfaatkan
bahan-bahan atau benda-benda itu
f.
Terjadi
harmonisasi antara material dengan proses-proses ekspresi
g.
Imajinatif
(memiliki daya khayal yang tinggi)
Dimensi 3 : Kecerdasan atau ketajaman pandangan
a.
Mempertanyakan
norma-norma social, dogma-dogma, atau asumsi-asumsi
b.
Cepat mengerti
atau tanggap
c.
Berpegang teguh
pada suatu pendirian
Dimensi 4 : Rasa ingin tau (Coriousity)
a.
Memilki rasa
ingin tau ketika usia dini
b.
Memilki rasa
ingin tau yang tinggi hamper dibeberapa bidang
Adapun fungsi adaptif dari kreativitas bertolak dari
ide bahwa menciptakan , melihat memahami dunia (melalui seni, literature, film,
dan sebagainya) sebenarnya dapat membantu manusia dalam “berlatih” menghadapi
kejadian-kejadian yang nyata, sehingga pada suatu saat nanti, keinginan untuk
menciptakan maupun memandang sebuah kreasi akan membantu kita dalam
mempengaruhi perilaku fungsional lainnya.
E.
Pengukuran
Kreativitas
Penilaian kreativitas sangatlah subjektif. Terkadang
standar kreativitas ditentukan oleh orang-orang yang mempunyai kekuasaan. Para
psikolog berpendapat bahwa ada kemungkinan untuk menentukan/meneliti bakat
kreatif dengan cara mengukur seberapa bagus seseorang melihat hubungan antara
beberapa kata yang tampak tidak saling berhubungan. Tes ini disebut Remote
Associations Test (RAT) yang ditemukan oleh Mednick (1967). Cara mengujinya
adalah dengan meminta subjek untuk menghasilkan satu kata baru yang diperoleh
dari asosiasi logis dari 3 kata. Sebagai contoh adalah 3 rangkaian kata
berikut: BATA, SEMEN, PASIR dan TERANG, BULAT, LISTRIK. Jika anda mengatakan
”TEMBOK” untuk rangkaian kata pertama berarti anda tepat.
Pengukuran RAT setidaknya dapat mengukur satu
komponen kreativitas, tetapi tidak tertutup kemungkinan dapat mengukur komponen
yang lain. Beberapa orang yang kreatif dapat mengelesaikan tes ini dengan baik,
yang dapat menggambarkan tingginya kreativitas yang di milikinya. Ide
pengasosiasian kemudian dikembangkan oleh Bowers dan rekan(1990) dengan nama
“dyads of triads”. Salah satu bagiannya seperti pada RAT dimana sebuah kata
merupakan bagian dari 3 serangkai kata yang koheren, seperti TERANG, BULAT,
LISTRIK, dimana ketiga kata tersebut koheren dengan kata LAMPU. Ada juga
rangkaian koheren seperti BURUNG, PIPA, JALAN, dan dari rangkain kata tersebut
tidak ada elemen pokok yang tampak jelas.
Dalam penelitian ini subjek diberi satu set kelompok
kata yang koheren maupun yang tidak koheren kemudian subjek diminta untuk
menilai rangkain kata yang mana saja koheren. Hasil dari penelitian menunjukkan subjek mampu
mengidentifikasi rangkaian kata yang koheren, meskipun mereka tidak memberikan
sebuah solusi/alasan. Hal tersebut berarti bahwa subjek mengetahui elemennya,
tetapi tidak tau memberi nama. Ada kemungkinan bahwa subjek sebenarnya
mempunyai solusi terhadap asosiasi tersebut, dan hal ini bisa menjadi salah
satu fase dalam membuat solusi kreatif dari suatu tugas.
Konsep ide mempunyai hubungan dengan konsep intuisi
(pemahaman secara segera terhadap suatu objek tanpa ada intervensi dari proses
penalaran). Intuisis manusia merupakan bagian yang sangat penting dari proses
menemukan tindakan kreatif.
J.P.
Guilford (1967, 1985) juga membedakan tipe berpikir menjadi dua macam, yaitu:
a.
Berpikir
konvergen/terpusat (convergent thinking)
Cara berpikir konvergen mengarah pada satu
kesimpulan khusus. Pada umumnya bidang pendidikan lebih menekankan pada
berpikir konvergen.
b.
Berpikir
devergen/menyebar (divergent thinking)
Cara berpikir devergen
lebih menekankan pada variasi jawaban yang berbeda terhadap suatu pertanyaan, sehingga
kebenaran dari jawaban tersebut bersifat subjektif.
Menurut teori struktur intelek yang diajukan
Guilford (1967) diantara jenis berpikir yang erat hubungannya dengan
kreativitas adalah berpikir divergen (divergent thinking). Disini yang perlu
dipahami adalah bahwa kreativitas tidak sama dengan berpikir
divergensebagaimana yang diyakini oleh kebanyakan orang selama ini. Berpikir
divergen merupakan jenis kemampuan berpikir yang berpotensi untuk digunakan
ketika seseorang melakukan aktivitas atau memecahkan masalah secara kreatif.
Namun, hal ini belum merupakan jaminan bahwa seseorang akan menjadi lebih
kreatif secara aktual atau kreatif produktif. Sebab, untuk menjadi orang
kreatif-produktif masih diperlukan potensi yang bersumber dari karakteristik kepribadian
dan lingkungan yang kondusif.
Berpikir
divergen dianggap sangat dekat dengan kreativitas karena untuk menghasilkan
gagasan-gagasan kreatif (baru dan berguna) akan melibatkan empat kemampuan,
yaitu: (a) kelancaran berpikir/fluency (kemampuan seseorang menghasilkan
gagasan yang banyak), (b) keluwesan berpikir/flexibility (kemampuan seseorang
untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang terdiri dari kategori-kategori yang
berbeda-beda, atau kemampuan memandang sesuatu seperti objek, situasi, atau
masalah dari berbagai sudut pandang). (c) originalitas/unusual thinking (bentuk
keaslian berpikir mengenai sesuatu yang belum dipikirkan orang lain atau tidak
sama dengan pemikiran orang-orang pada umumnya), (d) elaborasi (kemampuan
memerinci suatu gagasan pokok kedalam gagasan-gagasan yang lebih kecil.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian, terdapat
korelasi antara inteligensi dengan kreativitas yaitu cenderung bergerak dari
tingkat rendah sampai sedang. Dengan kata lain, memang orang yang memiliki
inteligensi tinggi cenderung atau berpotensi menjadi orang kreatif (Kuncel,
Hezlett, dan Ones, 2004). Tetapi, untuk menjadi orang kreatif mereka tidak
cukup dengan hanya berbekal intelegensi tinggi, karena masih diperlukan
peran-peran tertentu dari variabel-variabel penting yang lain, misalnya
pengetahun, imajinasi, motivasi, karakteristik kepribadian tertentu, dan
lingkungan (Sternberg dan Lubart, 1995;Suharnan, 1998, 2000).
Hayes (1978) telah merangkum sejumlah penelitian
mengenai keterkaitan intelegensi dengan kreativitas, kemudian ia menyimpulkan
bahwa kreativitas memerlukan intelegensi pada taraf tertentu. Artinya, untuk
menjadi kreatif paling sedikit seseorang harus memiliki intelegensi minimal
diatas rata-rata (IQ sekitar 120). Memang, tanpa intelegensi yang memadai boleh
jadi seseorang akan mengalami kesulitan mengerjakan tugas-tugas yang menuntut
pencarian gagasan-gagasab baru yang berguna dan bermutu (Sternberg, 1995).
Jika produktivitas digunakan sebagai alat untuk
mengukur kreativitas, maka penilaian kuantitatif terhadap sifat-sifat tersebut
dapat diperoleh dengan menjumlahkan banyaknya respons terhadap suatu
pertanyaan. Intinya, pengevaluasian secara subjektif tetap perlu dilakukan.
F.
Meningkatkan
Kreativitas
Sejauh ini kreativitas merupakan fungsi dari
kebudayaan dan pendidikan kita. Sangat terbuka kemungkinan untuk dapat
mengajarkan seseorang untuk berpikir lebih fleksibel, untuk memperoleh nilai
yang lebih tinggi dalam ujian, untuk memecahkan teka-teki secara kreatif, dan
untuk menggali ilmu pengetahuan atau filosofi lebih dalam lagi. Sebenarnya,
sangat sulit untukmembuktikan secara empiris bahwa kreativitas yang diperoleh
melalui belajar sendiri (otodidak) seperti pada Rossini, De Quincey, Van Gogh,
Einstein, Picasso, Dickinson, maupun Freud (untuk menyebut nama-nama orang
terkenal diluar negeri); atau pelukis Affandi dan Jeihan Sukmantoro, pematung I
Nyoman Nuarte dan Sunaryo, penyanyi Titik Puspa dan Chrisye, dramawan Rendra
dan N. Riantiarno (untuk mewakili sebagian nama orang-orang terkenal didalam
negeri) dapat ditemukan pada sekelompok orang yang telah dipilih secara acak.
Hayes (1978) menyatakan bahwa
kreativitas dapat ditingkatkan dengan beberapa cara :
a. Mengembangkan
Pengetahuan Dasar
Semakin kaya latar belakang dalam bidang ilmu
pengetahuan, literatur, seni, dan matematika dapat memberikan informasi yang
lebih banyak bagi orang kreatif untuk memunculkan bakat-bakat kreatifnya.
Sebelumnya telah disebutkan bahwa orang-orang yang kreatif akan selalu
mengumpulkan informasi dan menyempurnakan kemampuan dasar mereka. Hasil
penelitian tentang kreativitas pada seniman dan ilmuwan yang dilakukan oleh
Anna Roe (1946, 1953) menunjukkan bahwa sifat utama dari kedua kelompok subjek
tersebut adalah “bekerja keras”.
Apel jatuh mengenai kepala Newton menjadi inspirasi bagi Newton untuk
mengembangkan teori gravitasi. Dalam mengembangkan teorinya, Newton telah
mengumpulkan banyak informasi yang dapat digunakan sebagai pendukung teorinya.
b. Menciptakan Atmosfer yang Tepat untuk Kreativitas
Seperti contoh untuk beberapa tahun yang lalu teknik ‘brainstorming’ sedang
menjadi tren. Inti dari brainstorming adalah sekelompok orang dalam suatu
kelompok membuat ide sebanyak mungkin tanpa memberikan kritik pada anggota
kelompok lainnya. Cara ini dapat memunculkan banyak ide atau solusi, serta
dapat digunakan untuk memfasilitasi peningkatan kreativitas dan ide individu.
Karena seringkali kita terhambat oleh orang lain atau oleh ketidakleluasaan
kita dalam memunculkan solusi yang tidak biasa.
c. Mencari Analogi
Beberapa studi menunjukkan bahwa orang sering tidak mengenali suatu
permasalahan baru yang sebenarnyahampir sama dengan permasalahan yang sudah
mereka ketahui bagaimana cara menyelesaikannya. Dalam memformulasikan suatu
solusi yang kreatif dalam suatu permasalahan, sangat penting untuk mengingat
dan meninjau kembali masalah yang hampir sama yang mungkin pernah ditemui.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kreativitas
itu dimaknai sebagai sebuah kekuatan atau energi yang ada dalam diri individu.
Energi ini menjadi daya dorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu dengan
cara atau untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Kreativitas dimaknai sebagai
sebuah proses, yaitu proses mengelola informasi, melakukan sesuatu, membuat
sesuatu, atau proses yang tercermin dalam kelancaran, dan kelenturan dalam
berpikir.
Kreativitas
adalah sebuah produk. Penilaian orang lain terhadap kreativitas seseorang akan
dikaitkan dengan produknya. Kreativitas dimaknai sebagai person. Kreatif ini
tidak dialamatkan pada produknya atau pada prosesnya. Tetapi kreativitas disini
ditujukan pada individunya. Ciri-ciri orang Kreatif, Berfikir di luar kotak,
Tidak pernah takut dengan adanya saingan, Selalu berfikir menggunakan otak kanan,
Memiliki pandangan pibadi, suka tantangan. Tiga bahan dasar untuk memupuk
kreatvitas. Bahan pertama dan terpenting adalah keahlian dalam bidang
khusus, bahan kedua adalah keterampilan berpikir kreatif, unsur atau
bahan ketiga atau bahan terakhir yang berfungsi untuk mematangkan
kreativitas adalah kecintaan.
B. Saran
Demikianlah
makalah yang dapat kami susun, dan kami sadar bahwa penulisan ini banyak
terjadi kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang konstruktif agar kedepannya lebih baik.
Daftar
Pustaka
Momon Sudarma, Mengembangkan
Keterampilan Berpikir Kreatif, Jakarta: RAJAWALI PERS, 2013.
Baihaqi Mif, Pengantar Psikologi Kognitif.
http://m.kompasiana.com/virays/5-ciri-orang-kreatif/ 04/06/2012
diakses pada tanggal 15 Mei 2017.
http://cahyadisandi.blogspot.com/2013/12-ciri-orang-kreatif diakses pada tanggal 15 Mei 2017.
http://www.lingkarmerah.com/2015/03/ciri-ciri-orang-memiliki-ide-kreatif diakses pada 16 Mei 2017.
terimakasih isi postingannya bagus!
BalasHapus