Rabu, 11 Oktober 2017

Makalah Psikologi Kognitif tentang Kreativitas



MAKALAH PSIKOLOGI KOGNITIF

KREATIVITAS


Dosen Pengampu :
Drs. Herman Lusa, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 8

SADELA NURHAYANI (A1G016071)
CINDY DEHVISI (A1G016040)
GUSTI KRISTIA NINGRUM (A1G016070)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016/2017


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Psikologi Kognitif yang berjudul “ Kreativitas” ini dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kognitif oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Drs. Herman Lusa, M.Pd
Makalah ini di harapkan mampu membantu dan memperdalam pengetahuan kita mengenai Psikologi Kognitif terutama dalam kegiatan belajar mengajar di SD. Selain itu, makalah ini diharapkan agar menjadi bacaan para pembaca agar menjadi warga Negara yang bermoral dan bertanggung jawab khususnya dalam dunia pendidikan.
Oleh karena itu, makalah  ini diharapkan agar kita memiliki sikap yang kritis terhadap situasi kondisi dan juga dapat menerima perubahan yang terjadi di masyarakat terutama dalam dunia pendidikan. Kami juga memerlukan kritik dan saran dari  para pembaca demi sempurnanya makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenan membaca makalah ini dengan tulus ikhlas. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan pembaca. Aamiin

                                                                                         Bengkulu, 18 Mei 2017

                                                                                                                           

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………….. i
Kata Pengantar …………………………………………………. ii
Daftar Isi ………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ………………………………………………………... 1
B.     Rumusan Masalah …………………………………………………..... 1
C.     Tujuan Makalah ………………………………………………............ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kreatif dan Kreativitas …………………………………..... 3
B.     Proses-proses Kreatif …………………………………………………. 4
C.     Tahapan Proses Kreatif  ………………………………………...……..  5
D.    Dimensi Perilaku Kreatif …………………………………………….... 9
E.     Cara Pengukuran Kreatifitas ………………………………………….. 11
F.      Cara Meningkatkan Kreativitas ………………………………………. 14

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ………………………………………………………..….  16
B.     Saran ………………………………………………………………..… 16
Daftar Pustaka ………………………………………………...… 17




BAB I 

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia.  Kreativitas manusia melahirkan pencipta besar yang mewarnai sejarah kehidupan umat manusia dengan karya-karya spektakulernya. Seperti Bill Gate  si raja microsof, JK Rolling dengan novel Harry Poternya, Ary Ginanjar dengan  ESQ (Emotional & Spiritual Question) , penulis Pramudia Anatatur dengan karya-karyanya yang tak lekang oleh waktu,  penyanyi Kris Dayanti, Mely Guslow, Seniman Titik Puspa, dll. Apa yang mereka ciptakan adalah karya  orisinil yang luar biasa dan bermakna, sehingga orang terkesan dan memburu karyanya. Kreativitas tidak hanya sekedar keberuntungan tetapi merupakan kerja keras yang disadari.  Kegagalan bagi orang yang kreatif hanyalah merupakan  variabel pengganggu untuk keberhasilan. Dia akan mencoba lagi, dan mencoba lagi hingga berhasil.  Orang yang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita semua memilikinya dan membuat lompatan yang memungkinkan, mereka memandang segala sesuatu dengan cara-cara yang baru. Gordon Dryden (2000: 185) dalam buku Revolusi Cara Belajar mengatakan bahwa ,” Suatu ide adalah kombinasi baru dari unsur-unsur lama.  Tidak ada elemen baru.  Yang ada hanyalah kombinasi-kombinasi baru.”

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu kreatif dan kreativitas ?
2.      Bagaimana proses-proses kreatif itu ?
3.      Bagaimana tahapan proses kreatif ?
4.      Bagaimana dimensi perilaku kreatif ?
5.      Bagaimana cara pengukuran kreatifitas ?
6.      Bagaimana cara meningkatkan kreativitas ?


C.    Tujuan Makalah
1.      Untuk mengetauhui dan memahami apa itu kreatif dan kreativitas.
2.      Untuk mengetahui dan memahami proses-proses kreatif.
3.      Untuk mengetahui dan memahami tahapan proses kreatif.
4.      Untuk mengetahui dan memahami dimensi perilaku kreatif.
5.      Untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana mengukur kreativitas seseorang.
6.      Untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana meningkatkan kreativitas seseorang.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kreatif dan Kreativitas

Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata baik dalam bentuk karya baru yang belum ada sebelumnya maupun kombinasi dari beberapa hal yang sudah ada yang kemudian menjadi modifikasi karya yang terbarukan. Kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis. Selain itu pengertian lain Kreativitas (creativity) adalah salah satu kemampuan intelektual manusia yang sangat penting dan oleh kebanyakan ahli psikologi kognitif  dimasukkan kedalam kemampuan memecahkan masalah. Kreativitas juga sering disebut berpikir kreatif (creative thinking) .
Menurut pedapat ahli, Kreativitas adalah:
1.   Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta sesuatu atau daya cipta menghasilkan sesuatu.”
2. Menurut Carl Rogers (1951),”Kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang menjadi matang kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan ssemua kemampuan organisme “.
3.     Menurut David Cambell (1960) “ Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:
a.       Baru (novel) : inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan.
b.      Berguna (useful) : lebih enak, lebih.
c. Praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan ,mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik/banyak.
d.    Dapat dimengerti (understandble) : hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu.
4.     Menurut Clark Moustastis (dalam deBono,1970), “Kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan indetitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam,dan dengan orang lain”.
5.   Menurut Conny R. Semiawan (2009),”Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberi gagasan baru dan bisa menerapkannya dalam pemecahan masalah”.
Kreativitas juga dapat didefinisikan sebagai “aktivitas kognitif atau proses berpikir untuk menghadilkan gagasan-gagasan yang baru dan berguna atau new ideas and useful (Halpem, 1996; Suharman, 1998, 2000)
 
B. Proses- Proses Kreatif 
Menurut Diane F Halpem (1996) proses-proses kreatif dapat digambarkan sebagi wujud sensitivity (kepekaan), synergy (penggabungan) dan serendipity (keberuntungan). Ketiga proses ini selanjutnya sering disingkat dengan 35.

a.      Sensitivity (kepekaan)
Kepekaan adalah penggunaan alat – alat indera sebagai jendela untuk mengetahui dan menguasai dunia tau lingkungan. Berpikir kreatif dampaknya melibatkan perhatian atau ingatan seseorang mengenai beberapa aspek penting. Salah satu ciri orang kreatif adalah kemampuan untuk menemukan maslah, dan tidak hanya kemampuan untuk memecahkannya. Kepekaan terhadap adanya suatu masalah sering disebut penemuan masalah (problem finding). Menurut Brugman (1996) penemuan maslah adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi dan mengidentifikasi adalanya maslah atau kesenjangan (problem sesnsitivity) dan meurmuskan pokok permaslahan (problem formulation.

b.      Sinergy (penggabungan)
Sinergi dimaknai sebagai menggabungkan bersama bagian-bagian yang terpisah ke dalam totalitas fungsi yang berguna. Sinergi ini bisa menggabungkan antar elemen benda, bisa menggabungkan antar orang yang berbeda minat, hobi, profesi, bisa menggabungkan antar kelompok (komunitas) yang berbeda-beda.

c.       Serendipity (keberuntungan)
Keberuntungan adalah suatu penemuan yang terjadi secara kebetulan atau tanpa direncanakan akibat adanya suatu kejadian atau kesempatan. Kadang-kadang seseorang dapat menemukan cara baru yang sebelumnya tidak terpikirkan setelah ia melihat suatu kejadian atau menghadapi masalah yang harus dicari jalan keluarnya.

C.     Tahapan Proses Kreatif
Berdasarkan sejarah psikologi kognitif. Graham Wallas (31 Mei 1858 – 9 Agustus 1932) dalam bukunya yang terbit tahun 1962 menjelaskan, bahwa ada empat tahapan dalam proses berfikir kreatif yaitu:

a.      Persiapan
Memformulasikan suatu masalah dan membuat usaha awal untuk memecahkannya dengan cara mengumpulkan berbagai informasi yang relevan dengan permasalahan.

b.      Inkubasi
Masa dimana tidak ada usaha yang dilakukan secara langsung untuk memecahkan masalah dan perhatian dialihkan sejenak  pada hal lainnya. Meski demikian, sebenarnya di dalam pikiran ketidaksadaran orang itu tetap berlangsung proses pencarian permasalahan.
Sementara itu, Michael Posner ( L. 12 September 1936), seorang psikolog Amerika, yang bekerja di University of Oregon, memberikan beberapa hipotesis mengenai tahap inkubasi. Salah satu pernyataan mengenai tahap inkubasi bahwa tahap inkuibasi dapat membebaskan kita dari pikiran-pikiran yang melelahkan akibat proses pemecahan masalah. Melupakan sebuah masalah yang berat dalam sementara waktu dapat membantu kita untuk menemukan pendekatan-pendekatan atau ide-ide baru yang lebih sesuai untuk menyelesaikan masalah tersebut. Perlu kita ketahui bahwa “functional fixedness” (ketetapan fungsional) dapat menghambat proses pemecahan masalah (Posner, 1973). Tahap inkuibasi juga dapat membantu kita dalam proses kreatif, karena pada tahap inkuibasi ini sebenarnya kita seringkali dapat memecahkan suatu masalah tanpa kita sadari.

c.       Iluminasi
Memperoleh insight (pemahaman yang mendalam) dari masalah tersebut. Namun, gagasan ini masih berupa gagasan pokok atau garis besar. Tahapan ini sering disebut tahapan munculnya ilham secara tiba-tiba, berupa kilatan imajinasi yang melahirkan jawaban atas permasalahan.
Tahap inkuhasi tidak selalu memicu terjadinya ilumniasi (pencerahan). Pada saat iluminasi atau pencerahan terjadi, jalan terang menuju permasalahan mulai terbuka. Seseorang akan merasakan sensasi kegembiraan yang luar biasa, karena pemahaman meningkat, semua ide muncul, dan ide-ide tersebut saling melengkapi satu sama lain untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Semua terobosan-terobosan kreatifmuncul pada tahap ilumnisai. Dalam konteks ini, diberi contoh terobosan kuliner variasi makanan Surabi di kota Bandung. 

d.      Verifikasi
Menguji pemahaman yang telah didapat dan membuat solusi. Setelah sebuah ide/solusi diperoleh, maka ide/solusi tersebut harus diuji. Tahap verifikasi ini merupakan tahap untuk menguji sebuah produk hasil proses kreatif untuk membuktikan legitimasinya. Tahap verifikasi pada umumnya lebih singkat daripada tahap-tahap sebelumnya, karena tahap ini hanya menguji dan meninjau kembali hasil perhitungan seseorang, atau dapat juga untuk melihat apakah penemuannya berhasil atau tidak. Tetapi dalam beberapa kasus, verifikasi masih membutuhkan waktu untuk melakukan penelitian lebih lanjut maupun peninjauan ulang. 
Adapun hubungan antara kreatifitas dan functional fixedness yaitu functional fixedness dapat menghambat kreatifitas (dimana ada kesamaan konsep antara pemecahan masalah dengan kreatifitas). Seseorang yang selalu melakukan hal-hal yang sama dari waktu ke waktu, maupun yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang sama dari waktu ke waktu dianggap sebagai orang yang tidak imajinatif dan membosankan. Hal tersebut sangat bertentangan dengan orang-orang kreatif. Orang kreatif selalu melihat adanya suatu hubungan yang unik dari beberapa hal yang tampaknya tidak saling berhubungan.
Orang kreatif adalah orang yang pertama kali tertantang untuk mencoba dan menghasilkan sesuatu yang baru. Sternberg dan Lubart (1996) mengembangkan teori kreatifitas berdasarkan pendekatan multivariate terhadap sebuah topik, yang mempunyai enam atribut, keenam atribut  kreativitas tersebut adalah :
1.      Proses Inteligensi
2.      Gaya Intelektual
3.      Pengetahuan
4.      Kepribadian
5.      Motivasi
6.      Konteks Lingkungan
Pada umumnya, sebuah tindakan yang kreatif sangat jarang ditemukan. Hal tersebut bukan berarti bahwa seseorang tidak mempunyai salah satu dari enam atribut tersebut. Tetapi sangat sulit untuk mengembangakan keenam atribut tersebut bekerja secara bersamaan. Keenam atribut tersebut cenderung dilihat sebagai investasi portofolio yang dapat dilihat dalam duni bisnis dan perusahaan. Portofolio kreativitas kita sebenarnya merupakan dasar dari tindakan kreatif kita. Keenam atribut  portofolio tersebut dapat dikombinasikan dengan tindakan kreatif disegala bidang dalam kehidupan dan lingkungan intelektual (seperti sekolah dan keluarga) yang mempunyai peran penting terhadap kreativitas.


Teori kretivitas dari Sternberg  dan Lubart memaparkan spesifikasi masing-masing atribut secara lengkap, yang dapat dipelajari secara analitikal maupun longtidunial. Berdasarkan hal tersebut, dapat kita lihat dengan jelas bahwa kreativitas bukan hanya terdiri dari satu sifat, keahlian, maupun ketangkasan saja, tetapi merupakan kombinasi dari beberapa factor yang dapat diidentifikasi dan dianalisis. Meneliti kreativitas manusia bukan hanya sekedar persoalan mengidentifikasi dan menjumlahkan masing-masing atribut dan menambahkannya untuk menentukan indeks kreativitas, tetapi lebih pada mengidentifikasi dan meneliti /menentukan kekuatan interaksi antara masing-masing atribut. Kombinasi dari kekuatan masing-masing atribut memungkinkan terbentuknya  jaringan yang kompleks yang dapat membingungkan para peneliti. Karena secara keseluruhan, ide merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Oleh karena itulah pencetus teori ini menyatakan bahwa meneliti kreativitas hanya dari satu atribut saja merupakan satu spekulasi yang sangat berisiko.

Berfikir kreatif juga sama dengan berfikir lateral. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh deBono (1970). Berfikir lateral adalah berfikir disekitar masalah (around problem) atau berfikir dengan bergerak kesamping, bukan bergerak kedepan dan meneruskan yang sudah ada. Jadi, berfikir lateral selalu mencari alternatif lain di dalam memandang sesuatu atau memecahkan suatu masalah, dan tidak terpaku pada cara-cara yang sudah ada untuk memperbaikinya.

Suatu gagasan dikatakan kreatif apabila memiliki kriteria baru di dalam beberapa aspeknya. Kriteria baru dapat mencakup dua perspektif, yaitu perspektif psikologi dan perspektif budaya (Anderson, 1980).

a.      Perspektif Psikologis 
 Suatu gagasan dapat dikatakan baru atau original apabila pemikir sendiri belum pernah menghasilkan gagasan itu, meski di tempat lain mungkin orang lain telahmengasilkan gagasan serupa, namun hal ini terjadi secara kebetulan.

b.      Perspektif Budaya

Suatu gagasan dapat dikatakan baru atau original jika memang gagasan itu belum pernah dijumpai dilingkungan budaya masyarakat tertentu. Kriteria baru juga tidak berarti baha gagasan yang dikembangkan dari hasil memodifikasi atau mengubah gagasan-gagasan yang sudah ada sebelumnya. Kriteria kedua bagi kreativitas adalah kegunaan. Terhadap criteria kegunaan ini, sebagian ahli berpendapat  tidak perlu, yang penting suatu gagasan atau pemikiran memiliki aspek baru. Sebab, kegunaan atau aspek praktis dari suatu gagasan seringkali bersifat relative, tergantung pada suatu budaya,  perjalanan waktu, dan tujuan yang diinginkan oleh pemokir sendiri.

Jika digunakan pendekatan berfikir ideal, suatu gagasan kreatif harus memenuhi kedua kriteria tersebut meskipun kenyataannya bukan pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, lebih baik digunakan pendekatan berfikir normal-realistis, sehingga orang dapat memilih mana diantara kedua criteria ini yang lebih diutamakan di dalam proses kreatif.

Adapun beberapa pemahaman yang salah tentang kreativitas yaitu selama ini kreativitas terkesan lebih dekat dengan orang-orang yang bekerja dibidang perancang dan perekayasa, peneliti, ilmuan ataupun seniman. Ini merupakan pandangan yang tidak benar atau misconception. Sebenarnya hampir semua bidang kehidupan manusia dapat dijangkau oleh kreaifitas. Di samping itu, suatu anggapan yang salah adalah bahwa kreativitas hanya berhubungan dengan karya-karya para seniman/ilmuan lainnya. Kreativitas tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang memang pekerjaannya menuntut pemikiran kreatif (sebagai suatu profesi), tetapi juga dapat dilakukan oleh orang-orang biasa dalam menyelesaikan tugas-tugas dan mengatasi masalah sehari-hari. 

D.    Dimensi Perilaku Kreatif
Ada beberapa dimensi perilaku kreatif (Creative Behaviors) menurut Stemberg (1985) diantaranya :
Dimensi 1 : Nonentranchment (tanpa kubu dan bebas masuk)
a.       Memperbaiki atau menyempurnakan aturan-aturan sepanjang waktu.
b.      Impulsive (mempertirukan kehendak hati)
c.       Mengambil peluang atau memanfaatkan kesempatan
d.      Cenderung mengetahui keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki dan mencoba apa yang menurut orang lain dianggap tidak mungkin.
e.       Emosional (kepekaan emosi)
f.       Memilki semangat bebas
g.      Membangun istana dilangit(angan-angan yang tinggi)
h.      Tidak konformis
i.        Tidak ortodok (tidak konvensional)
Dimensi 2 : Rasa keindahan dan imajinasi
a.       Memilki apresiasi terhadap seni, music, dan sebagainya
b.      Suka sendirian ketika sedang menciptakan sesuatu yang baru
c.       Dapat menulis, menggambar, dan membuat komposisi music
d.      Memiliki cita rasa yang baik
e.       Menggunakan/memanfaatkan bahan-bahan atau benda-benda itu
f.       Terjadi harmonisasi antara material dengan proses-proses ekspresi
g.      Imajinatif (memiliki daya khayal yang tinggi)
Dimensi 3 : Kecerdasan atau ketajaman pandangan
a.       Mempertanyakan norma-norma social, dogma-dogma, atau asumsi-asumsi
b.      Cepat mengerti atau tanggap
c.       Berpegang teguh pada suatu pendirian
Dimensi 4 : Rasa ingin tau (Coriousity)
a.       Memilki rasa ingin tau ketika usia dini
b.      Memilki rasa ingin tau yang tinggi hamper dibeberapa bidang

Adapun fungsi adaptif dari kreativitas bertolak dari ide bahwa menciptakan , melihat memahami dunia (melalui seni, literature, film, dan sebagainya) sebenarnya dapat membantu manusia dalam “berlatih” menghadapi kejadian-kejadian yang nyata, sehingga pada suatu saat nanti, keinginan untuk menciptakan maupun memandang sebuah kreasi akan membantu kita dalam mempengaruhi perilaku fungsional lainnya.

E.     Pengukuran Kreativitas
Penilaian kreativitas sangatlah subjektif. Terkadang standar kreativitas ditentukan oleh orang-orang yang mempunyai kekuasaan. Para psikolog berpendapat bahwa ada kemungkinan untuk menentukan/meneliti bakat kreatif dengan cara mengukur seberapa bagus seseorang melihat hubungan antara beberapa kata yang tampak tidak saling berhubungan. Tes ini disebut Remote Associations Test (RAT) yang ditemukan oleh Mednick (1967). Cara mengujinya adalah dengan meminta subjek untuk menghasilkan satu kata baru yang diperoleh dari asosiasi logis dari 3 kata. Sebagai contoh adalah 3 rangkaian kata berikut: BATA, SEMEN, PASIR dan TERANG, BULAT, LISTRIK. Jika anda mengatakan ”TEMBOK” untuk rangkaian kata pertama berarti anda tepat.

Pengukuran RAT setidaknya dapat mengukur satu komponen kreativitas, tetapi tidak tertutup kemungkinan dapat mengukur komponen yang lain. Beberapa orang yang kreatif dapat mengelesaikan tes ini dengan baik, yang dapat menggambarkan tingginya kreativitas yang di milikinya. Ide pengasosiasian kemudian dikembangkan oleh Bowers dan rekan(1990) dengan nama “dyads of triads”. Salah satu bagiannya seperti pada RAT dimana sebuah kata merupakan bagian dari 3 serangkai kata yang koheren, seperti TERANG, BULAT, LISTRIK, dimana ketiga kata tersebut koheren dengan kata LAMPU. Ada juga rangkaian koheren seperti BURUNG, PIPA, JALAN, dan dari rangkain kata tersebut tidak ada elemen pokok yang tampak jelas.

Dalam penelitian ini subjek diberi satu set kelompok kata yang koheren maupun yang tidak koheren kemudian subjek diminta untuk menilai rangkain kata yang mana saja koheren. Hasil dari penelitian menunjukkan subjek mampu mengidentifikasi rangkaian kata yang koheren, meskipun mereka tidak memberikan sebuah solusi/alasan. Hal tersebut berarti bahwa subjek mengetahui elemennya, tetapi tidak tau memberi nama. Ada kemungkinan bahwa subjek sebenarnya mempunyai solusi terhadap asosiasi tersebut, dan hal ini bisa menjadi salah satu fase dalam membuat solusi kreatif dari suatu tugas.

Konsep ide mempunyai hubungan dengan konsep intuisi (pemahaman secara segera terhadap suatu objek tanpa ada intervensi dari proses penalaran). Intuisis manusia merupakan bagian yang sangat penting dari proses menemukan tindakan kreatif.
J.P. Guilford (1967, 1985) juga membedakan tipe berpikir menjadi dua macam, yaitu:

a.      Berpikir konvergen/terpusat (convergent thinking)
Cara berpikir konvergen mengarah pada satu kesimpulan khusus. Pada umumnya bidang pendidikan lebih menekankan pada berpikir konvergen.
b.      Berpikir devergen/menyebar (divergent thinking)
Cara berpikir devergen lebih menekankan pada variasi jawaban yang berbeda terhadap suatu pertanyaan, sehingga kebenaran dari jawaban tersebut bersifat subjektif.

Menurut teori struktur intelek yang diajukan Guilford (1967) diantara jenis berpikir yang erat hubungannya dengan kreativitas adalah berpikir divergen (divergent thinking). Disini yang perlu dipahami adalah bahwa kreativitas tidak sama dengan berpikir divergensebagaimana yang diyakini oleh kebanyakan orang selama ini. Berpikir divergen merupakan jenis kemampuan berpikir yang berpotensi untuk digunakan ketika seseorang melakukan aktivitas atau memecahkan masalah secara kreatif. Namun, hal ini belum merupakan jaminan bahwa seseorang akan menjadi lebih kreatif secara aktual atau kreatif produktif. Sebab, untuk menjadi orang kreatif-produktif masih diperlukan potensi yang bersumber dari karakteristik kepribadian dan lingkungan yang kondusif. 



Berpikir divergen dianggap sangat dekat dengan kreativitas karena untuk menghasilkan gagasan-gagasan kreatif (baru dan berguna) akan melibatkan empat kemampuan, yaitu: (a) kelancaran berpikir/fluency (kemampuan seseorang menghasilkan gagasan yang banyak), (b) keluwesan berpikir/flexibility (kemampuan seseorang untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang terdiri dari kategori-kategori yang berbeda-beda, atau kemampuan memandang sesuatu seperti objek, situasi, atau masalah dari berbagai sudut pandang). (c) originalitas/unusual thinking (bentuk keaslian berpikir mengenai sesuatu yang belum dipikirkan orang lain atau tidak sama dengan pemikiran orang-orang pada umumnya), (d) elaborasi (kemampuan memerinci suatu gagasan pokok kedalam gagasan-gagasan yang lebih kecil.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian, terdapat korelasi antara inteligensi dengan kreativitas yaitu cenderung bergerak dari tingkat rendah sampai sedang. Dengan kata lain, memang orang yang memiliki inteligensi tinggi cenderung atau berpotensi menjadi orang kreatif (Kuncel, Hezlett, dan Ones, 2004). Tetapi, untuk menjadi orang kreatif mereka tidak cukup dengan hanya berbekal intelegensi tinggi, karena masih diperlukan peran-peran tertentu dari variabel-variabel penting yang lain, misalnya pengetahun, imajinasi, motivasi, karakteristik kepribadian tertentu, dan lingkungan (Sternberg dan Lubart, 1995;Suharnan, 1998, 2000).

Hayes (1978) telah merangkum sejumlah penelitian mengenai keterkaitan intelegensi dengan kreativitas, kemudian ia menyimpulkan bahwa kreativitas memerlukan intelegensi pada taraf tertentu. Artinya, untuk menjadi kreatif paling sedikit seseorang harus memiliki intelegensi minimal diatas rata-rata (IQ sekitar 120). Memang, tanpa intelegensi yang memadai boleh jadi seseorang akan mengalami kesulitan mengerjakan tugas-tugas yang menuntut pencarian gagasan-gagasab baru yang berguna dan bermutu (Sternberg, 1995).

Jika produktivitas digunakan sebagai alat untuk mengukur kreativitas, maka penilaian kuantitatif terhadap sifat-sifat tersebut dapat diperoleh dengan menjumlahkan banyaknya respons terhadap suatu pertanyaan. Intinya, pengevaluasian secara subjektif tetap perlu dilakukan.

F.     Meningkatkan Kreativitas
Sejauh ini kreativitas merupakan fungsi dari kebudayaan dan pendidikan kita. Sangat terbuka kemungkinan untuk dapat mengajarkan seseorang untuk berpikir lebih fleksibel, untuk memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam ujian, untuk memecahkan teka-teki secara kreatif, dan untuk menggali ilmu pengetahuan atau filosofi lebih dalam lagi. Sebenarnya, sangat sulit untukmembuktikan secara empiris bahwa kreativitas yang diperoleh melalui belajar sendiri (otodidak) seperti pada Rossini, De Quincey, Van Gogh, Einstein, Picasso, Dickinson, maupun Freud (untuk menyebut nama-nama orang terkenal diluar negeri); atau pelukis Affandi dan Jeihan Sukmantoro, pematung I Nyoman Nuarte dan Sunaryo, penyanyi Titik Puspa dan Chrisye, dramawan Rendra dan N. Riantiarno (untuk mewakili sebagian nama orang-orang terkenal didalam negeri) dapat ditemukan pada sekelompok orang yang telah dipilih secara acak.
            Hayes (1978) menyatakan bahwa kreativitas dapat ditingkatkan dengan beberapa cara :

a. Mengembangkan Pengetahuan Dasar
Semakin kaya latar belakang dalam bidang ilmu pengetahuan, literatur, seni, dan matematika dapat memberikan informasi yang lebih banyak bagi orang kreatif untuk memunculkan bakat-bakat kreatifnya. Sebelumnya telah disebutkan bahwa orang-orang yang kreatif akan selalu mengumpulkan informasi dan menyempurnakan kemampuan dasar mereka. Hasil penelitian tentang kreativitas pada seniman dan ilmuwan yang dilakukan oleh Anna Roe (1946, 1953) menunjukkan bahwa sifat utama dari kedua kelompok subjek tersebut adalah “bekerja keras”. 
Apel jatuh mengenai kepala Newton menjadi inspirasi bagi Newton untuk mengembangkan teori gravitasi. Dalam mengembangkan teorinya, Newton telah mengumpulkan banyak informasi yang dapat digunakan sebagai pendukung teorinya.

b. Menciptakan Atmosfer yang Tepat untuk Kreativitas
Seperti contoh untuk beberapa tahun yang lalu teknik ‘brainstorming’ sedang menjadi tren. Inti dari brainstorming adalah sekelompok orang dalam suatu kelompok membuat ide sebanyak mungkin tanpa memberikan kritik pada anggota kelompok lainnya. Cara ini dapat memunculkan banyak ide atau solusi, serta dapat digunakan untuk memfasilitasi peningkatan kreativitas dan ide individu. Karena seringkali kita terhambat oleh orang lain atau oleh ketidakleluasaan kita dalam memunculkan solusi yang tidak biasa.

c. Mencari Analogi
Beberapa studi menunjukkan bahwa orang sering tidak mengenali suatu permasalahan baru yang sebenarnyahampir sama dengan permasalahan yang sudah mereka ketahui bagaimana cara menyelesaikannya. Dalam memformulasikan suatu solusi yang kreatif dalam suatu permasalahan, sangat penting untuk mengingat dan meninjau kembali masalah yang hampir sama yang mungkin pernah ditemui.



BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kreativitas itu dimaknai sebagai sebuah kekuatan atau energi yang ada dalam diri individu. Energi ini menjadi daya dorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara atau untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Kreativitas dimaknai sebagai sebuah proses, yaitu proses mengelola informasi, melakukan sesuatu, membuat sesuatu, atau proses yang tercermin dalam kelancaran, dan kelenturan dalam berpikir.
Kreativitas adalah sebuah produk. Penilaian orang lain terhadap kreativitas seseorang akan dikaitkan dengan produknya. Kreativitas dimaknai sebagai person. Kreatif ini tidak dialamatkan pada produknya atau pada prosesnya. Tetapi kreativitas disini ditujukan pada individunya. Ciri-ciri orang Kreatif, Berfikir di luar kotak, Tidak pernah takut dengan adanya saingan, Selalu berfikir menggunakan otak kanan, Memiliki pandangan pibadi, suka tantangan. Tiga bahan dasar untuk memupuk kreatvitas. Bahan pertama dan terpenting adalah keahlian dalam bidang khusus, bahan kedua adalah keterampilan berpikir kreatif, unsur atau bahan ketiga atau bahan terakhir yang berfungsi untuk mematangkan kreativitas adalah kecintaan.

B.     Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami susun, dan kami sadar bahwa penulisan ini banyak terjadi kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif agar kedepannya lebih baik.




Daftar Pustaka

Momon Sudarma, Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif, Jakarta: RAJAWALI PERS, 2013.
Baihaqi Mif, Pengantar Psikologi Kognitif.
http://m.kompasiana.com/virays/5-ciri-orang-kreatif/ 04/06/2012 diakses pada tanggal 15 Mei 2017.

1 komentar: