TUGAS KONSEP DASAR SOSIOLOGI,
ANTROPOLOGI DAN SEJARAH
ANALISIS KD TENTANG MUATAN IPS
KELAS 4 SD
Dosen Pengampu :
Dra.
Wurjinem, M.Si
Disusun Oleh
SADELA NURHAYANI (A1G016071)
KELAS 3C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS BENGKULU
2017
Dari muatan IPS diatas terdapat Suku Jawa yang memiliki upacara khas Sekaten dan Suku Betawi yang memilki pertunjukan khas Ondel-Ondel. Pada tugas sebelumnya kelompok kami telah membahas tentang keanekaragaman yang terdapat di Pulau Jawa. Berikut ulasan lengkap mengenai upacara khas Sekaten dan Pertunjukkan khas Ondel-Ondel.
A. Upacara khas Sekaten dari suku Jawa
Di Yogyakarta,
terdapat sebuah tradisi adat yang dikenal dengan Sekaten. Sekaten biasanya juga
dikenal dengan Pasar Malam Sekaten. Ini disebabkan karena sebelum upacara
Sekaten digelar, selalu diadakan pasar malam yang berlangsung satu bulan penuh.
Tradisi Sekaten ini sudah dilakukan sejak abad 16 Tradisi ini diadakan setahun
sekali yakni di bulan Maulud atau bulan ketiga dalam perhitungan kalender Jawa.
Lokasi yang digunakan untuk menggelar acara Sekaten ini adalah di pelataran
alun-alun utara Yogykarta.
Istilah Sekaten
sendiri berkembang dari beberapa versi. Beberapa pendapat mengatakan bahwa
istilah ini diambil dari nama perangkat pusaka Kraton Yogyakarta. Pusaka
tersebut berupa gamelan bernama Kanjeng Kyai Sekati. Gamelan ini selalu
digunakan dalam acara Maulud Nabi Muhammad. Sementara itu, pendapat lain ada
mengungkapkan bahwa Sekaten disadur dari kata suka yang berarti senang dan ati
yang berarti hati sehingga dapat diartikan sebagai senang hati. Ini disebabkan
karena orang-orang yang menyambut perayaan Maulud sedang berbahagia dan
bersyukur dalam perayaan tersebut.
Tradisi Sekaten
dipercaya sebagai perpaduan antara seni dan dakwah. Pada saat agama Islam mulai
masuk ke Jawa, Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu anggota Wali Songo
menggunakan kesenian gamelan (alat musik tradisional Jawa) untuk menarik
masyarakat agar datang menikmati pagelaran tersebut. Kesenian tersebut
menggunakan gamelan yang dinamai Kyai Kanjeng Sekati. Kesenian ini tidak hanya
menampilkan pertunjukkan gamelan saja tetapi juga dilakukan pembacaan ayat
Al-Qur’an dan khotbah di tengah-tengah acara. Bagi masyarakat yang ingin masuk
Islam, mereka wajib mengucapkan Syahadat yang menunjukkan ketaatan terhadap
ajaran agama. Bagi masyarakat Yogyakarta, muncul kepercayaan bahwa orang-orang
merayakan kelahiran Nabi Muhammad akan mendapatkan pahala dan awet muda.Namun
sebagai persyaratan, mereka wajib mengunyah sirih di depan Masjid Agung,
khususnya pada saat hari pertama Sekaten dimulai.
Oleh sebab itu,
selama Sekaten banyak sekali orang yang berjualan sirih lengkap ramuan lainnya.
Selain itu ada pula penjual-penjual nasi gurih dan lauk pauknya di depan Masjid
Agung atau halaman Kemandungan, Alun-Alun Utara. Dalam perayaan ini para petani
biasanya juga memohon agar panennya berhasil. Untuk memperkuat tekadnya, mereka
juga membeli cambuk dari para penjual yang berjualan di sini.
Sebelum Sekaten
dimulai, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Persiapan
tersebut meliputi fisik dan persiapan batin. Persiapan fisik antara lain adalah
alat-alat dan perlengkapan yang akan digunakan untuk upacara Sekaten yakni
Gendhing Sekaten, Gamelan Sekaten, bunga kanthil, sejumlah uang logam, samir
niyaga, busana seragam, dan naskah riwayat Maulud.
Gamelan yang
digunakan untuk Sekaten merupakan benda pusaka milik Kraton yang bernama Kyai
Kanjeng Sekati dalam 2 rancak, Kyai Kanjeng Guntur Madu, dan Kyai Kanjeng
Nogowilogo. Gamelan Sekaten ini dibuat langsung oleh Sunan Giri. Alat
pemukulnya terbuat dari tanduk kerbau atau tanduk lembu. Pemukulnya harus
diangkat sampai setinggi dahi sebelum dipukulkan pada gamelan. Sementara itu,
Gendhing Sekaten merupakan serangkaian gendhing atau lagu yang akan digunakan
antara lain Rangkung pathet lima, Rambu pathet lima, Rendheng pathet lima,
Gliyung pathet nem, Atur-atur pathet nem, dan Lunggadhung pelog pathet lima.
Pada persiapan
batin, abdi dalem yang akan terlibat dalam Tradisi Sekaten harus menyiapkan
batin dan mental untuk menjalankan amanat tersebut. Para abdi yang ditugaskan
untuk memukul gamelan harus menyucikan diri dengan melakukan siram jamas dan
berpuasa. Perayaan Sekaten mulai tanggal 6 Maulud ketika Kyai Kanjeng Sekati
diboyong dari persemayamannya. Kyai Kanjeng Nogowilogo dipindahkan ke Bangsal
Trajumas sednagkan Kyai Kanjeng Guntur Madu diletakkan ke Bangsal Srimanganti.
Pada tanggal 11 Maulud, Sri Sultan datang ke Masjid Agung untuk mengikuti
upacara Maulud Nabi Muhammad SAW. Setelah upacara selesai, perangkat gamelan
Sekaten dibawa kembali ke Kraton. Pemindahan ini sekaligus menjadi tanda
berakhirnya upacara Sekaten.
Upacara Sekaten adalah sebuah upacara ritual di Kraton
Yogyakarta yang dilaksanakan setiap tahun. Upacara ini dilaksanakan selama
tujuh hari, yaitu sejak tanggal 5 Mulud (Rabiulawal) sore hari sampai dengan
tanggal 11 Mulud (Rabiulawal) tengah malam. Upacara Sekaten diselenggarakan
untuk memperingati hari kelahiran (Mulud) Nabi Muhammad SAW. Tujuan lain dari
penyelenggaraan upacara ini adalah untuk sarana penyebaran agama Islam.
Ada
beberapa pendapat mengenai asal mula nama Sekaten, yaitu:
- Kata sekaten berasal dari kata sekati, yaitu nama dari dua perangkat gamelan pusaka Kraton Yogyakarta yang bernama Kanjeng Kyai Sekati yang ditabuh dalam rangkaian acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
- Sekaten berasal dari kata suka dan ati yang berarti suka hati atau senang hati. Hal ini didasarkan bahwa pada saat menyambut perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, orang-orang dalam suasana bersuka hati.
- Pendapat lain mengatakan bahwa sekaten berasal dari kata syahadatain, yang maksudnya dua kalimat syahadat yang diucapkan ketika seseorang hendak memeluk agama Islam. Pendapat ini didasari bahwa pada jaman dahulu upacara sekaten diselenggarakan untuk menyebarkan agama Islam.
Bentuk-bentuk
ritus yang ditampilkan dalam acara sekaten adalah sebagai berikut.
- Persiapan fisik dan non fisik petugas upacara.
- Pengeluaran gamelan pusaka Kanjeng Kyai Sekati yang terdiri dari dua perangkat, yaitu Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Nagawilaga dari persemayamannya.
- Pemukulan gamelan pusaka, Kanjeng Kyai Sekati, di dalam Kraton Yogyakarta, tepatnya di bangsal Ponconiti tratag barat dan timur.
- Penyebaran udhik-udhik oleh Sri Sultan pada saat pemukulan gamelan, baik untuk pengunjung maupun untuk para pemukul gamelan.
- Pemindahan gamelan Kanjeng Kyai Sekati dari kraton ke Masjid Besar.
- Pemukulan gamelan Kanjeng Kyai Sekati di Masjid Besar.
- Kehadiran Sri Sultan ke Masjid Besar untuk mengikuti upacara peringatan hari besar Mulud Nabi Muhammad SAW.
- Penyebaran udhik-udhik oleh Sri Sultan untuk para pemukul gamelan Kanjeng Kyai Sekati.
- Penyebaran udhik-udhik oleh Sri Sultan di antara saka guru (tiang utama) Masjid Besar.
- Pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW.
- Penyematan bunga kanthil (cempaka) pada daun telinga kanan Sri Sultan pada saat pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW sampai pada asrokal (semacam bacaan berjanji).
- Kembalinya Sri Sultan dari Masjid Besar ke kraton.
- Kembalinya gamelan Kanjeng Kyai Sekati dari Masjid Besar ke persemayamannya di dalam kraton.
Urutan atau tata cara ritual dalam penyelenggaraan upacara
Sekaten terdiri dari 5 tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap gamelan sekaten
mulai dibunyikan, tahap gamelan sekaten dipindahkan ke halaman masjid besar,
tahap Sri Sultan hadir di Masjid Besar, dan tahap kondur gongsa. Seluruh
tahapan ini berlangsung selama tujuh hari.
1.
Tahap Persiapan
Tahap pertama adalah tahap persiapan. Ada 2 jenis persiapan,
yaitu persiapan fisik dan persiapan non fisik. Persiapan fisik berwujud
benda-benda dan perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan dalam penyelenggaraan
upacara, sedangkan persiapan non fisik berwujud sikap dan perbuatan yang harus
dilakukan sebelum pelaksanaan upacara.
Persiapan Upacara Sekaten |
Untuk persiapan non fisik, para abdi dalem yang akan
terlibat dalam upacara harus mempersiapkan diri, terutama mental mereka untuk mengemban
tugas yang dianggap sakral tersebut. Para abdi dalem yang bertugas menabuh
gamelan sekaten harus menyucikan diri dengan berpuasa dan siram jamas (mandi
keramas). Gamelan pusaka adalah benda pusaka kraton, sehingga dalam
memperlakukannya harus dengan penghormatan yang khusus.
Untuk
persiapan yang berwujud fisik, benda-benda dan perlengkapan-perlengkapan yang
perlu diperlukan dalam penyelenggaraan upacara adalah sebagai berikut.
1. Gamelan Sekaten, yaitu gamelan
pusaka bernama Kanjeng Kyai Sekati.
2. Perbendaharaan lagu-lagu atau
gending-gending khusus yang tidak pernah dibunyikan pada acara lain. Konon,
lagu-lagu tersebut merupakan ciptaan Walisanga pada jaman Kerajaan Demak.
Lagu-lagu tersebut adalah Rambu pathet lima, Rangkung pathet lima, Lunggadhung
pelog pathet lima, Atur-atur pathet nem, Andong-andong pathet lima, Rendheng
pathet lima, Jaumi pathet lima, Gliyung pathet nem, Salatun pathet nem,
Dhindhang Sabinah pathet nem, Muru putih, Orang-orang pathet nem, Ngajatun
pathet nem, Bayem Tur pathet nem, Supiatun pathet barang, Srundheng Gosong
pelog pathet barang.
3. Sejumlah kepingan uang logam untuk
disebarkan dalam upacara udhik-udhik.
4. Naskah riwayat Mulud Nabi Muhammad
SAW yang akan dibacakan oleh Kyai Pengulu pada tanggal 11 Rabiulawal malam.
5. Sejumlah bunga kanthil (cempaka)
yang akan disematkan pada daun telinga kanan Sri Sultan dan para pengiringnya
pada saat menghadiri pembacaan riwayat Mulud Nabi Muhammad SAW.
6. Busana seragam yang masih baru dan
sejumlah samir khusus untuk dipakai oleh para niaga yang bertugas menabuh
gamelan.
2.
Tahap Gamelan Sekaten Mulai Dibunyikan
Tahap kedua adalah tahap gamelan sekaten mulai dibunyikan.
Gamelan sekaten akan dibunyikan di dalam kraton, tepatnya di Bangsal Ponconiti
yang berada di halaman Kemandhungan atau Keben, yaitu di tratag bagian timur
dan tratag bagian barat. Pada pukul 16.00 WIB gamelan Kanjeng Kyai Guntur Madu
dan Kanjeng Kyai Nagawilaga dikeluarkan dari tempat persemayamannya. Kanjeng
Kyai Guntur Madu ditata di tratag bagian timur, sedangkan Kanjeng Kyai
Nagawilaga ditata di tratag bagian barat.
Selepas waktu shalat Isya dan setelah semua persiapan
selesai, para abdi dalem yang bertugas di Bangsal Ponconiti memberi laporan
pada Sri Sultan bahwa upacara siap dimulai. Setelah ada perintah dari Sri Sultan
melalui abdi dalem yang diutus, gamelan sekaten mulai dibunyikan. Gamelan
sekaten dibunyikan mulai dari pukul 19.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB. Penabuhan
gamelan dilakukan berselang-seling dari kanjeng Kyai Guntur Madu disusul
Kanjeng Kyai Nagawilaga dengan urutan gending yang sudah ditentukan.
Pada pukul 20.00 WIB, Sri Sultan atau utusannya diiringi
para pangeran, kerabat, dan para bupati datang ke tempat gamelan dibunyikan
untuk menyebarkan udhik-udhik. Menurut kepercayaan masyarakat, kepingan uang
logam udhik-udhik dapat membawa keberuntungan, kesejahteraan, dan kebahagiaan
bagi siapa saja yang berhasil mendapatkannya. Awalnya udhik-udhik disebarkan di
Bangsal Ponconiti tratag timur, ke arah para penabuh gamelan Kanjeng Kyai
Guntur Madu, kemudian ke Bangsal Ponconiti tratag barat, ke arah para penabuh
gamelan Kanjeng Kyai Nagawilaga, selanjutnya disebarkan ke arah pengunjung.
Pada saat Sri Sultan atau utusannya menyebar udhik-udhik,
para pemukul gamelan tidak berani mengambil, melainkan terus melanjutkan
tugasnya untuk memukul gamelan. Setelah gending yang dibunyikannya berakhir,
barulah mereka berani memunguti udhik-udhik yang jatuh di dekatnya. Saat Sri
Sultan atau yang mewakili datang mendekat, bunyi gamelan yang didekati dibuat
lembut dengan dipukul tidak teerlalu keras, sampai sultan mendekati tempat
tersebut. Dimulainya penabuhan gamelan pusaka Kanjeng Kyai Sekati merupakan
pertanda dimulainya upacara sekaten.
3.
Tahap Gamelan Sekaten Dipindahkan ke Halaman Masjid Besar
Tahap selanjutnya adalah tahap gamelan sekaten dipindahkan
ke halaman Masjid Besar. Pada pukul 23.00 WIB, bunyi gamelan sudah berhenti.
Bersamaan dengan itu, datanglah para prajurit yang akan bertugas mengawal
iring-iringan gamelan dari kraton menuju halaman Masjid Besar, serta para abdi
dalem KHP Wahono Sarta Kriya yang akan bertugas mengusung gamelan. Pada
pukul 24.00 WIB, gamelan Kanjeng Kyai Sekati dipindahkan dari kraton ke halaman
Masjid Besar. Pemindahan gamelan dikawal oleh dua pasukan prajurit kraton,
yaitu Prajurit Mantrijero dan Prajurit Ketanggung. Urut-urutan iring-iringan
diawali petugas pengawal kepolisian, diikuti para panji abdi dalem prajurit,
disambung abdi dalem sipat bupati keprajan utusan pemerintah Kota Yogyakarta,
disambung abdi dalem prajurit ngurung-urung (melindungi di samping kiri dan
kanan) jalannya iring-iringan gamelan, diikuti oleh orang-orang yang semula
berkerumun di halaman Kemandhungan.
Di Masjid Besar, gamelan sekaten dibunyikan selama 7 hari 7
malam, kecuali pada hari Kamis malam atau Malam Jumat hingga sehabis shalat
Jumat. Setiap hari gamelan sekaten dibunyikan sebanyak tiga kali, yaitu pagi
(pukul 08.00 – 11.00 WIB), siang (pukul 14.00 – 17.00 WIB), dan malam (pukul
20.00 – 23.00 WIB). Cara membunyikannya adalah bergantian dari Kanjeng Kyai
Guntur Madu kemudian Kanjeng Kyai Nagawilaga, dengan gending yang sama.
4.
Tahap Sri Sultan Hadir di Masjid Besar
Pada malam ketujuh, tanggal 11 Rabiulawal malam di Masjid
Besar diselenggarakan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW dan penyebaran
udhik-udhik oleh sultan. Kehadiran sultan dari kraton menuju Masjid Besar
dengan mengendarai kendaraan, diiringi oleh para pangeran dan kerabat. Di pintu
gerbang Masjid Besar, sultan disambut Sri Paduka Paku Alam, Kanjeng Raden
Pengulu, walikota Yogyakarta, dan para Abdi Dalem Sipat Bupati beserta para
tamu undangan. Sesampainya di halaman Masjid Besar, sultan menuju ke Pagongan
selatan untuk menyebarkan udhik-udhik ke arah penabuh gamelan Kanjeng Kyai
Guntur Madu, kemudian menuju ke Pagongan utara untuk menyebarkan udhik-udhik ke
arah penabuh gamelan Kanjeng Kyai Nagawilaga. Selanjutnya sultan melanjutkan
perjalanan menuju masjid.
Penyebaran udhik-udhik |
Sesampainya di depan Mihrab, Sri Sultan dan Kyai Pengulu
berdiri di depan pengimamam menghadap ke arah timur. Seorang abdi dalem
punokawan kaji menyerahkan pada sultan sebuah bokor berisi udhik-udhik untuk
disebar di antara saka guru Masjid Besar serta ke arah kerabat, para abdi
dalem, beserta para hadirin. Setelah itu, sultan keluar dari masjid lalu duduk
di serambi masjid dengan beralaskan kain putih. Setelah semuanya siap, sultan mengucapkan salam, lalu
memberi isyarat pada Kanjeng Raden Pengulu untuk memulai membacakan riwayat
Nabi Muhammad SAW. Pada saat pembacaan Mulud Nabi Muhammad SAW sampai pada
asrokal (peristiwa kelahiran nabi), Sri Sultan beserta para pengiringnya
menerima persembahan bunga cempaka dari Kyai Pengulu. Pembacaan riwayat Mulud
Nabi Muhammad SAW selesai kira-kira pukul 24.00 WIB. Bacaan diakhiri dengan doa
oleh Kanjeng Raden Pengulu. Setelah doa, sultan mengucapkan salam lalu kembali
ke kraton.
5.
Tahap Kondur Gongso
Pada
tanggal 11 Rabiulawal, kira-kira pukul 24.00 WIB, setelah sultan meninggalkan
Masjid Besar, gamelan sekaten diboyong kembali ke kraton, yang disebut kondur
gongso. Sesampainya di kraton, gamelan langsung disemayamkan di tempatnya
semula. Dengan dipindahkannya gamelan pusaka Kanjeng Kyai Sekati kembali ke
kraton, menandakan bahwa upacara sekaten telah selesai.
B. Pertunjukkan Khas Ondel-Ondel dari Suku Betawi
Ondel
– ondel adalah boneka raksasa yang terbuat
dari anyaman bambu yang di hiasi dengan pakaian dan pernak pernik asesoris yang
membuatnya terlihat seperti manusia. Dalam pertunjukannya boneka ini biasanya
di gerakkan oleh seseorang yang ada di dalamnya dengan di iringi musik khas
betawi. Pertunjukan ondel – ondel biasanya di diadakan dalam rangka pesta
rakyat seperti pesta panen, penyambutan tamu, pernikahan dan dan perayaan resmi
lainnya. Sehingga boneka ondel – ondel menjadi salah satu icon besar dalam
pesta perayaan ibukota Jakarta.
Ondel-Ondel |
Boneka
ondel – ondel ini di yakini sebagai perwujudan
pengabdian terhadap nenek moyang yang menjaga dan melindungi anak cucu mereka. Dalam
pementasan ondel – ondel biasanya boneka yang di buat berpasangan yaitu boneka
laki – laki dan perempuan. Boneka ondel – ondel di buat layaknya seorang
pengantin yang di hiasi dengan pakaian yang indah.
Dalam
pertunjukan ondel – ondel biasanya di iringi dengan berbagai kesenian lainnya.
Musik yang mengiringi biasanya seperti tajindor, musik rebana, gendang pencak,
gambang kromo dan lain – lain. selain di iringi dengan musik, ondel – ondel
juga di iringi berbagai kesenian lain yang menjadi ciri khas dari berbagai
kampung betawi. Pertunjukan ondel – ondel biasanya di pertunjukan seperti
layaknya parade rakyat.
Alat musik sebagai pengiring Ondel-Ondel |
Tidak
seperti kesenian lain di Indonesia yang mulai menurun kepopulerannya, ondel –
ondel masih menjadi pertunjukan utama di setiap perayaan di ibukota
Jakarta. Karena itu kesenian ini menjadi icon kota, sehingga kita masih
bisa menemukannya di setiap perayaan di ibukota Jakarta. Bagi orang yang tinggal di Jakarta, sudah tidak
asing lagi dengan lagu “Ondel-Ondel” yang dinyanyikan oleh Benyamin S. Lagu ini
sering diperdengarkan terutama pada hari ulang tahun Jakarta, termasuk memajang
patung sepasang Ondel-Ondel sebagai hiasan di jalan-jalan protokol,
hotel-hotel, dan gedung perkantoran di Jakarta. Ondel-Ondel yang digunakan
memiliki bentuk yang hampir sama, meski corak dan warnanya beraneka ragam
sehingga terlihat menarik. Bentuk Ondel-Ondel menyerupai boneka manusia dengan
ekspresi wajah yang tersenyum ramah.
Ondel-Ondel lelaki dibuat
berwarna merah, yang melambangkan semangat dan keberanian. Ondel-Ondel
perempuan berwarna putih, yang menandakan kebaikan dan kesucian. Tinggi
Ondel-Ondel sekitar 2,5 meter dengan lebar sekitar 80 centimeter, dibuat dari
anyaman bambu sehingga ringan saat dipikul oleh pemerannya. Bagian kepalanya
menyerupai topeng yang diberi ijuk sebagai rambutnya. Musik pengiring
pertunjukan Ondel-Ondel terdiri dari Gendang Tepak, Gendang Kempul, Kenong
Kemong, Krecek, Gong dan Tehyan atau Terompet. Pementasan Ondel-Ondel juga bisa
diiringi oleh pertunjukan Pencak Silat Betawi.
Pertunjukkan rakyat Betawi ini
sebenarnya menyimbolkan leluhur yang senantiasa menjaga anak cucunya atau
penduduk suatu desa. Awalnya, Ondel-Ondel berfungsi sebagai penolak bala atau
gangguan roh halus yang gentayangan. Namun kemudian, Ondel-Ondel lebih sering
dipertunjukkan untuk menyemarak pesta rakyat, penyambutan tamu kehormatan,
arak-arakan pengantin sunat atau acara pernikahan. Namun sekarang, grup
Ondel-Ondel hanya tinggal sedikit karena generasi zaman sekarang lebih suka
menyajikan hiburan bergaya modern seperti grup band atau menayangkan film.
Jadi, bukan tidak mungkin jika kelak pertunjukan Ondel-Ondel hanya akan tinggal
kenangan, karena sepertinya tidak ada proses regenerasi nilai budaya dari
generasi tua Betawi ke generasi mudanya.
Demikianlah mengenai upacara Sekaten dan kesenian Ondel-Ondel. Semoga Bermanfaat :)
Mantap bermanfaat!
BalasHapuseasylan
All new games from this year's coin casino - CasinoWow
BalasHapusCoin casino offers 인카지노 a vast range of welcome bonuses to existing customers for all their new players. This is a great 제왕 카지노 bonus 바카라 사이트 for new players,