LAPORAN
STUDI LAPANGAN
MENGGALI
NILAI SEJARAH MASJID JAMIK BENGKULU
Dosen Pengampu : Dr.
Osa Juarsa, M.Pd.
Disusun Oleh
Kelompok 9
SADELA NURHAYANI (A1G016071)
FINNY DWITASARI (A1G016123)
ALDI HAMZAH (A1G016067)
KHUMAIDAH LAILI PUTRI (A1G0160126)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN
ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
Kata
Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan Laporan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul “Menggali
Nilai Sejarah Masjid Jamik Bengkulu” ini dengan baik. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Dr. Osa Juarsa, M.Pd.
Laporan ini di harapkan mampu membantu dan
memperdalam pengetahuan kita mengenai tempat-tempat bersejarah yang ada di
Bengkulu dan nilai-nilai sejarah yang ada di dalamnya. Selain itu, laporan ini diharapkan agar menjadi bacaan
para pembaca agar menjadi warga Negara yang bermoral dan bertanggung jawab serta mampu
melestarikan sejarah dan budaya
khususnya dalam dunia pendidikan.
Oleh karena itu, laporan ini diharapkan agar kita memiliki
sikap yang kritis terhadap situasi kondisi dan juga dapat menerima perubahan
yang terjadi di masyarakat terutama dalam dunia pendidikan. Kami juga
memerlukan kritik dan saran dari para
pembaca demi sempurnanya laporan ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada
para pembaca yang sudah berkenaan membaca laporan ini dengan tulus ikhlas. Semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi kami
dan pembaca. Aamiin
Bengkulu,
18 Mei 2017
Daftar Isi
Halaman Judul ……………………………………………………… i
Kata Pengantar ……………………………………………………... ii
Daftar Isi …………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ………………………………………………..…. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Tinjauan Historis ………………………………………………… 2
B.
Nilai Patriotisme ………………………………………………… 5
C.
Urgensi Nilai Patriotisme Dulu dan Sekarang …………………... 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ………......……………………………………………… 8
Lampiran …………………………………………………………....
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masjid Jamik satu ini sangat terkenal dan dikenal
di Bengkulu sebagai kenang-kenangan manis dari Bung Karno, karena memang
rancang bangunannya
saat direnovasi ditangani sendiri oleh beliau di masa pengasingannya di
Bengkulu. Meskipun sebenarnya masjid ini sudah dibangun jauh sebelum kedatangan
Bung Karno ke tanah Bengkulu sebagai tahanan politik pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Namun bangunan yang kini berdiri memang hasil guratan tangan Bung Karno
sendiri. Awalnya masjid ini dibangun di kelurahan Kampung Bajak, Bengkulu dekat
dengan lokasi pemakaman Sentot Ali Basya, teman seperjuangan Pangeran
Diponegoro yang dibuang oleh Belanda ke Bengkulu. Namun kemudian masjid tersebut
dipindahkan ke lokasinya sekarang ini di Jalan Soeprapto, Kota Bengkulu, dibangun
diperkirakan pada sekitar abad ke 18
M
dengan bentuk yang sangat sederhana.
Pada
abad ke-20 masyarakat ingin melakukan perbaikan masjid. Keinginan tersebut
bersamaan dengan dibuangnya Bung Karno beserta keluarganya ke Bengkulu pada tahun
1930. Pada saat itulah Bung Karno membantu masyarakat dalam merancang
perbaikan masjid, sebagai arsitektur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Historis
Sejarah mencatat Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno atau Bung
Karno pernah diasingkan di Bengkulu dalam kurun waktu 1938-1942. Pada
masa itu, Bung Karno masih berstatus sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia.
Sebelum Bengkulu, sempat pula sang proklamator berkelana menghabiskan masa
pengasingan di Bandung (1928), Sukamiskin (1930-1932), dan Flores (1934).
Selama masa pengasingan di Bengkulu tersebut Bung Karno merancang ulang Masjid
Jami Bengkulu dan hasilnya masjid kebanggaan warga Bengkulu. Pada masa itu masyarakat menyebutnya dengan
sebutan “Surau Lamo”. Desain bangunan rancangan Bung Karno itu oleh warga
sekitar itu lalu dikerjakan secara bersama sama dengan kumpulan uang untuk
membeli bahan bangunan secara bergotong royong. Mayoritas warga adalah penduduk
asli suku bangsa Serawai. Di sela-sela mengajar di Perguruan
Muhammadiyah yang terletak di Jalan KH Ahmad Dahlan, Bung Karno selalu
menyempatkan diri shalat di Surau Lamo. Melihat kondisi bangunan yang sangat
memprihatinkan, Bung Karno lalu membuat desain dan memimpin renovasi yang
dimulai pada taahun 1940.
Diskripsi Bangunan
Ketika pertama kali dibangun, Masjid Jami ini hanya menggunakan
konstruksi kayu beratap rumbia. Konstruksi bahan masjid dari material yang
cepat lapuk tersebut menyebabkan masjid juga cepat mengalami pelapukan,
sehingga sering bocor dan becek pada musim hujan.
Bangunan masjid yang ada sekarang merupakan hasil rancangan Soekarno,
dengan mengubah beberapa bagian bangunan masjid. Bagian yang dipertahankan
adalah dinding dan lantai. Tapi dinding tersebut ditinggikan lagi 2 meter dan
lantainya 30 cm, sehingga lebih tinggi dari sebelumnya. Sedangkan bagian yang
dirancang ulang oleh Soekarno adalah atap dan tiang masjid. Atap masjid
rancangan baru ini berbentuk tiga lapis yang melambangkan Iman, Islam dan
Ihsan. Masjid ini juga dihiasi dengan ukiran ayat suci Al-Quran dan pahatan
berbentuk sulur dengan cat warna kuning emas gading.
Bangunan
Bangunan masjid terdiri dari tiga bagian: ruang utama untuk shalat,
serambi masjid dan tempat berwudu. Bangunan utama berukuran 14,65 × 14,65
meter, dilengkapi dengan tiga buah pintu masuk.
Terdapat serambi yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 11,46 × 7,58
meter. Di luar serambi, terdapat sebuah bedug yang berdiameter 80 cm. Bangunan
lainnya yang melengkapi masjid adalah tempat berwudu yang berbentuk persegi panjang,
berukuran 8,80 × 5,55 meter, dengan konstruksi dari batu biasa dan batu karang.
Terakhir, sebagaimana masjid-masjid lainnya di Indonesia, Masjid Jamik ini juga
dilengkapi dengan halaman yang cukup luas. Saat ini, halaman tersebut telah
dilengkapi pagar besi dengan pilar dari batu. Pada halaman tersebut, juga
terdapat banyak pohon dan tanaman yang rindang dan indah, sehingga udara di
sekitar masjid terasa sejuk dan segar.
Ruang Utama
Di dalam bangunan utama tersebut, terdapat mihrab berukuran lebar 1,60
meter dan panjang 2,50 meter. Pada sebelah kanan mihrab, juga terdapat mimbar
dengan corak Istambul. Pada bagian atapnya terdapat dua buah kubah dari seng
aluminium. Untuk naik ke atas mimbar, terdapat empat buah anak tangga.
B.
Nilai Patriotisme
Masjid
Jamik Bengkulu pertama kali dibangun
diperkirakan pada abad ke 18 M dengan bentuk yang sangat
sederhana.
Awalnya masjid ini dibangun di kelurahan Kampung Bajak, Bengkulu dekat dengan
lokasi pemakaman Sentot Ali Basya, teman seperjuangan Pangeran Diponegoro yang
dibuang Belanda ke Bengkulu, bisa jadi masjid tersebut merupakan masjid yang
dibangun oleh Sentot Ali Basya dan pengikutnya. Masjid tersebut kemudian
dipindahkan ke lokasi yang sekarang sekitar awal abad ke 19. Pada tahun 1930
sejarah Indonesia ditandai oleh banyaknya pengasingan atau pembuangan tokoh-tokoh pergerakan nasional sebagai
akibat kebijakan politik Gubernur Jendral Hindia Belanda saat itu, De Jonge yang lebih reaksioner. Perkumpulan
dan rapat sama sekali tidak diperbolehkan dan bagi yang melanggar hukumannya
adalah pengasingan. Sebagai salah seorang tokoh pergerakan, Soekarno termasuk
tokoh yang di tangkap dan diasingkan Belanda karena mengadakan rapat di Bandung
sekitar tahun 1938. Inilah awalnya bersentuhannya Soekarno dengan masjid Jamik Bengkulu.
Selama
mejalani masa pengasingan di Bengkulu, Soekarno memanfaatkan waktunya dengan
mengajar di Sekolah Muhammadiyah Bengkulu. Sebagai seorang insinyur sipil, ia
juga berinisiatif untuk merenovasi masjid tua yang sudah bocor dan sering becek pada musim
hujan. Menurut masyarakat setempat renovasi masjid tersebut di danai secara
swadaya oleh maysarakat. Bahan material bangunan diambil dari desa Air Dingin,
Rejang Lebong, Bengkulu Utara. Selama di pengasingan beliau di Bengkulu, selain
merancang Masjid Jami Bengkulu, Bung Karno sempat merancang 4 rumah tinggal,
tapi hanya 2 yang terbangun, yakni rumah kembar untuk refendaris residen dan
rumah seorang demang.
Dari perjuangan patriotism tersebut sehingga memunculkan nilai yang
bermanfaat bagi masyarkat terutama
masyarakat Bengkulu seperti sebagai tempat untuk beribadah, istirahat, tempat
mengaji dan masih banyak lagi. Selain itu, juga dijadikan sebagi tempat untuk
mengadakan pengajian dan berkumpul bagi warga sekitar.
C. Urgensi Nilai Patriotisme Dulu dan Sekarang
Masjid
adalah salah satu tempat ibadah umat muslim yang digunakan untuk sholat dan
aktivitas keagamaan lainnya seperti aktivitas keagamaan para pemuda-pemudi dan anak-anak untuk menimba ilmu agama. Lokasi ini juga sering digunakan
untuk pertemuan para tokoh organisasi lain. Selain Muhammadiyah, juga Nahdlatul
Ulama dan beberapa organisasi keagamaan lain termasuk para tokoh nasionalisme di Bengkulu dan sekitarnya. Namun, saat
ini sangat disayangkan bagi para pemuda-pemudi yang kurangnya kesadaran dan
partisipasi pada masjid tersebut. Dikarenakan mereka lebih senang pergi
ketempat yang tidak mendidik dan tempat yang membuat keuangan mereka habis tidak
jelas padahal masjid bisa dijadikan tempat berkumpul untuk bagi para pemuda.
Sehingga hal ini membuat nilai keagamaan yang terdapat dalam diri mereka
berkurang. Padahal di Masjid itu terdapat nilai sejarah yang sangat penting dan
perlu dipelajari dan dilestarikan oleh penerus generasi bangsa. Karena
sejarahlah yang membentuk dan menjadi pijakan sebagai pedoman yang akan datang.
Saat ini para pengurus masjid sedang
berupaya mengumpulkan dana untuk membangun dua buah menara pada sisi kiri dan
kanan masjid. Tujuannya agar bisa menempatkan corong pengeras suara atau
speaker ke atas menara. Sekarang corong tersebut diikatkan begitu saja pada atap
bangunan. Jika hujan turun, kondisinya akan basah dan bunyi azan yang
dikumandangkan tidak bisa terdengar jauh. Menara yang akan dibangun ini memang kebutuhan, saat ini mereka sedang mengupayakan dana swadaya
masyarakat sekitar untuk membangunnya.
Masjid Jamik Bengkulu merupakan
masjid yang berdiri di jantung Kota Bengkulu, yakni di Jalan Letjen Soeprapto,
Kelurahan Pengantungan, Kecamatan Gading Cempaka, Bengkulu.
Bangunan awal berbentuk sangat
sederhana, yakni terbuat dari kayu, beratapkan daun rumbia, dan keadaan lantai
yang sederhana. Sebagai arsitek, Bung Karno tetap mempertahankan semua
bangunan lama. Seperti dinding yang hanya meninggikan 2 meter dan lantai yang
ditinggikan 30 cm. Adapun yang dirancang oleh Bung Karno adalah bagian atap dan
tiang-tiang masjid. Atap masjid berbentuk tumpang tiga, dimana atap tingkat dua
dan tiga berbentuk limasan kerucut dengan celah pada pertengahan atap. Kemudian
pada beberapa bangunan ditambahkan tiang-tiang yang diberi ukiran (pahatan)
berbentuk sulur-suluran pada bagian atas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masjid Jamik Bengkulu merupakan
masjid yang berdiri di jantung Kota Bengkulu, yakni di Jalan Letjen Soeprapto,
Kelurahan Pengantungan, Kecamatan Gading Cempaka, Bengkulu. Sebelumnya masjid
dibangun di kelurahan Kampung Bajak, Bengkulu dekat dengan pemakaman Sentot Ali
Basya, teman seperjuangan Pangeran Diponegoro yang dibuang Belanda ke Bengkulu.
Kemudian pada awal abad ke-18 masjid dipindahkan ke lokasi sekarang. Bangunan
awal berbentuk sangat sederhana, yakni terbuat dari kayu, beratapkan daun
rumbia, dan keadaan lantai yang sederhana. Pada abad ke-20 masyarakat ingin melakukan perbaikan masjid. Keinginan tersebut
bersamaan dengan dibuangnya Bung Karno beserta keluarganya ke Bengkulu pada
tahun 1930. Pada saat itulah Bung Karno membantu masyarakat dalam merancang
perbaikan masjid. Sebagai arsitek, Bung Karno tetap mempertahankan semua
bangunan lama. Seperti dinding yang hanya meninggikan 2 meter dan lantai yang
ditinggikan 30 cm. Adapun yang dirancang oleh Bung Karno adalah bagian atap dan
tiang-tiang masjid. Atap masjid berbentuk tumpang tiga, dimana atap tingkat dua
dan tiga berbentuk limasan kerucut dengan celah pada pertengahan atap. Kemudian
pada beberapa bangunan ditambahkan tiang-tiang yang diberi ukiran (pahatan)
berbentuk sulur-suluran pada bagian atas.
Oleh pemerintah Republik Indonesia,
bangunan Masjid Jamik ini dinyatakan sebagai bangunan bersejarah dengan kategori
benda cagar budaya dan dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2010.
Lampiran
Bagus mba sadela kontennya. Terimakasih👌
BalasHapuskredit indonesia
wah bagus postingannya
BalasHapus