Rabu, 11 Oktober 2017

Menggali Nilai - Nilai Sejarah Masjid Jamik Bengkulu




LAPORAN STUDI LAPANGAN

MENGGALI NILAI SEJARAH MASJID JAMIK BENGKULU



Dosen Pengampu : Dr. Osa Juarsa, M.Pd.

Disusun Oleh 
Kelompok 9

 SADELA NURHAYANI (A1G016071)
FINNY DWITASARI (A1G016123)
ALDI HAMZAH (A1G016067)
KHUMAIDAH LAILI PUTRI (A1G0160126)

PROGRAM  STUDI  PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul “Menggali Nilai Sejarah Masjid Jamik Bengkulu” ini dengan baik. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Dr. Osa Juarsa, M.Pd.
Laporan ini di harapkan mampu membantu dan memperdalam pengetahuan kita mengenai tempat-tempat bersejarah yang ada di Bengkulu dan nilai-nilai sejarah yang ada di dalamnya. Selain itu, laporan ini diharapkan agar menjadi bacaan para pembaca agar menjadi warga Negara yang bermoral dan bertanggung jawab serta mampu melestarikan sejarah dan budaya khususnya dalam dunia pendidikan.
Oleh karena itu, laporan ini diharapkan agar kita memiliki sikap yang kritis terhadap situasi kondisi dan juga dapat menerima perubahan yang terjadi di masyarakat terutama dalam dunia pendidikan. Kami juga memerlukan kritik dan saran dari  para pembaca demi sempurnanya laporan ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenaan membaca laporan ini dengan tulus ikhlas. Semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi kami dan pembaca. Aamiin

                                                                                                 Bengkulu, 18 Mei 2017





Daftar Isi

Halaman Judul ……………………………………………………… i
Kata Pengantar ……………………………………………………... ii
Daftar Isi …………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ………………………………………………..…. 1

BAB II PEMBAHASAN
A.    Tinjauan Historis ………………………………………………… 2
B.     Nilai Patriotisme ………………………………………………… 5
C.     Urgensi Nilai Patriotisme Dulu dan Sekarang …………………... 6

BAB III PENUTUP
Kesimpulan ………......……………………………………………… 8
Lampiran ………………………………………………………….... 9




BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Masjid Jamik satu ini sangat terkenal dan dikenal di Bengkulu sebagai kenang-kenangan manis dari Bung Karno, karena memang rancang bangunannya saat direnovasi ditangani sendiri oleh beliau di masa pengasingannya di Bengkulu. Meskipun sebenarnya masjid ini sudah dibangun jauh sebelum kedatangan Bung Karno ke tanah Bengkulu sebagai tahanan politik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Namun bangunan yang kini berdiri memang hasil guratan tangan Bung Karno sendiri. Awalnya masjid ini dibangun di kelurahan Kampung Bajak, Bengkulu dekat dengan lokasi pemakaman Sentot Ali Basya, teman seperjuangan Pangeran Diponegoro yang dibuang oleh Belanda ke Bengkulu. Namun kemudian masjid tersebut dipindahkan ke lokasinya sekarang ini di Jalan Soeprapto, Kota Bengkulu, dibangun diperkirakan pada sekitar abad ke 18 M dengan bentuk yang sangat sederhana.
Pada abad ke-20 masyarakat ingin melakukan perbaikan masjid. Keinginan tersebut bersamaan dengan dibuangnya Bung Karno beserta keluarganya ke Bengkulu pada tahun 1930. Pada saat itulah Bung Karno membantu masyarakat dalam merancang perbaikan masjid, sebagai arsitektur.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tinjauan Historis

Sejarah mencatat Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno atau Bung Karno  pernah diasingkan di Bengkulu dalam kurun waktu 1938-1942. Pada masa itu, Bung Karno masih berstatus sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia. Sebelum Bengkulu, sempat pula sang proklamator berkelana menghabiskan masa pengasingan di Bandung (1928), Sukamiskin (1930-1932), dan Flores (1934). Selama masa pengasingan di Bengkulu tersebut Bung Karno merancang ulang Masjid Jami Bengkulu dan hasilnya masjid kebanggaan warga Bengkulu.  Pada masa itu masyarakat menyebutnya dengan sebutan “Surau Lamo”. Desain bangunan rancangan Bung Karno itu oleh warga sekitar itu lalu dikerjakan secara bersama sama dengan kumpulan uang untuk membeli bahan bangunan secara bergotong royong. Mayoritas warga adalah penduduk asli suku bangsa Serawai. Di sela-sela mengajar di Perguruan Muhammadiyah yang terletak di Jalan KH Ahmad Dahlan, Bung Karno selalu menyempatkan diri shalat di Surau Lamo. Melihat kondisi bangunan yang sangat memprihatinkan, Bung Karno lalu membuat desain dan memimpin renovasi yang dimulai pada taahun 1940.

Diskripsi Bangunan



Ketika pertama kali dibangun, Masjid Jami ini hanya menggunakan konstruksi kayu beratap rumbia. Konstruksi bahan masjid dari material yang cepat lapuk tersebut menyebabkan masjid juga cepat mengalami pelapukan, sehingga sering bocor dan becek pada musim hujan.

Bangunan masjid yang ada sekarang merupakan hasil rancangan Soekarno, dengan mengubah beberapa bagian bangunan masjid. Bagian yang dipertahankan adalah dinding dan lantai. Tapi dinding tersebut ditinggikan lagi 2 meter dan lantainya 30 cm, sehingga lebih tinggi dari sebelumnya. Sedangkan bagian yang dirancang ulang oleh Soekarno adalah atap dan tiang masjid. Atap masjid rancangan baru ini berbentuk tiga lapis yang melambangkan Iman, Islam dan Ihsan. Masjid ini juga dihiasi dengan ukiran ayat suci Al-Quran dan pahatan berbentuk sulur dengan cat warna kuning emas gading.

Bangunan


Bangunan masjid terdiri dari tiga bagian: ruang utama untuk shalat, serambi masjid dan tempat berwudu. Bangunan utama berukuran 14,65 × 14,65 meter, dilengkapi dengan tiga buah pintu masuk.

Terdapat serambi yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 11,46 × 7,58 meter. Di luar serambi, terdapat sebuah bedug yang berdiameter 80 cm. Bangunan lainnya yang melengkapi masjid adalah tempat berwudu yang berbentuk persegi panjang, berukuran 8,80 × 5,55 meter, dengan konstruksi dari batu biasa dan batu karang. Terakhir, sebagaimana masjid-masjid lainnya di Indonesia, Masjid Jamik ini juga dilengkapi dengan halaman yang cukup luas. Saat ini, halaman tersebut telah dilengkapi pagar besi dengan pilar dari batu. Pada halaman tersebut, juga terdapat banyak pohon dan tanaman yang rindang dan indah, sehingga udara di sekitar masjid terasa sejuk dan segar.

Ruang Utama


Di dalam bangunan utama tersebut, terdapat mihrab berukuran lebar 1,60 meter dan panjang 2,50 meter. Pada sebelah kanan mihrab, juga terdapat mimbar dengan corak Istambul. Pada bagian atapnya terdapat dua buah kubah dari seng aluminium. Untuk naik ke atas mimbar, terdapat empat buah anak tangga.


B.     Nilai Patriotisme

Masjid Jamik Bengkulu pertama kali dibangun diperkirakan pada abad ke 18 M dengan bentuk yang sangat sederhana. Awalnya masjid ini dibangun di kelurahan Kampung Bajak, Bengkulu dekat dengan lokasi pemakaman Sentot Ali Basya, teman seperjuangan Pangeran Diponegoro yang dibuang Belanda ke Bengkulu, bisa jadi masjid tersebut merupakan masjid yang dibangun oleh Sentot Ali Basya dan pengikutnya. Masjid tersebut kemudian dipindahkan ke lokasi yang sekarang sekitar awal abad ke 19. Pada tahun 1930 sejarah Indonesia ditandai oleh banyaknya pengasingan atau pembuangan tokoh-tokoh pergerakan nasional sebagai akibat kebijakan politik Gubernur Jendral Hindia Belanda saat itu, De Jonge yang lebih reaksioner. Perkumpulan dan rapat sama sekali tidak diperbolehkan dan bagi yang melanggar hukumannya adalah pengasingan. Sebagai salah seorang tokoh pergerakan, Soekarno termasuk tokoh yang di tangkap dan diasingkan Belanda karena mengadakan rapat di Bandung sekitar tahun 1938. Inilah awalnya bersentuhannya Soekarno dengan masjid Jamik Bengkulu.

Selama mejalani masa pengasingan di Bengkulu, Soekarno memanfaatkan waktunya dengan mengajar di Sekolah Muhammadiyah Bengkulu. Sebagai seorang insinyur sipil, ia juga berinisiatif untuk merenovasi masjid tua yang sudah bocor dan sering becek pada musim hujan. Menurut masyarakat setempat renovasi masjid tersebut di danai secara swadaya oleh maysarakat. Bahan material bangunan diambil dari desa Air Dingin, Rejang Lebong, Bengkulu Utara. Selama di pengasingan beliau di Bengkulu, selain merancang Masjid Jami Bengkulu, Bung Karno sempat merancang 4 rumah tinggal, tapi hanya 2 yang terbangun, yakni rumah kembar untuk refendaris residen dan rumah seorang demang.

Dari perjuangan patriotism tersebut sehingga memunculkan nilai yang bermanfaat  bagi masyarkat terutama masyarakat Bengkulu seperti sebagai tempat untuk beribadah, istirahat, tempat mengaji dan masih banyak lagi. Selain itu, juga dijadikan sebagi tempat untuk mengadakan pengajian dan berkumpul bagi warga sekitar.

C.    Urgensi Nilai Patriotisme Dulu dan Sekarang
           
Masjid adalah salah satu tempat ibadah umat muslim yang digunakan untuk sholat dan aktivitas keagamaan lainnya seperti aktivitas keagamaan para pemuda-pemudi dan anak-anak untuk menimba ilmu agama. Lokasi ini juga sering digunakan untuk pertemuan para tokoh organisasi lain. Selain Muhammadiyah, juga Nahdlatul Ulama dan beberapa organisasi keagamaan lain termasuk para tokoh nasionalisme di Bengkulu dan sekitarnya. Namun, saat ini sangat disayangkan bagi para pemuda-pemudi yang kurangnya kesadaran dan partisipasi pada masjid tersebut. Dikarenakan mereka lebih senang pergi ketempat yang tidak mendidik dan tempat yang membuat keuangan mereka habis tidak jelas padahal masjid bisa dijadikan tempat berkumpul untuk bagi para pemuda. Sehingga hal ini membuat nilai keagamaan yang terdapat dalam diri mereka berkurang. Padahal di Masjid itu terdapat nilai sejarah yang sangat penting dan perlu dipelajari dan dilestarikan oleh penerus generasi bangsa. Karena sejarahlah yang membentuk dan menjadi pijakan sebagai pedoman yang akan datang.
 
Saat ini para pengurus masjid sedang berupaya mengumpulkan dana untuk membangun dua buah menara pada sisi kiri dan kanan masjid. Tujuannya agar bisa menempatkan corong pengeras suara atau speaker ke atas menara. Sekarang corong tersebut diikatkan begitu saja pada atap bangunan. Jika hujan turun, kondisinya akan basah dan bunyi azan yang dikumandangkan tidak bisa terdengar jauh. Menara yang akan dibangun ini memang kebutuhan, saat ini mereka sedang mengupayakan dana swadaya masyarakat sekitar untuk membangunnya.

Masjid Jamik Bengkulu merupakan masjid yang berdiri di jantung Kota Bengkulu, yakni di Jalan Letjen Soeprapto, Kelurahan Pengantungan, Kecamatan Gading Cempaka, Bengkulu.


Bangunan awal berbentuk sangat sederhana, yakni terbuat dari kayu, beratapkan daun rumbia, dan keadaan lantai yang sederhana. Sebagai arsitek, Bung Karno tetap mempertahankan semua bangunan lama. Seperti dinding yang hanya meninggikan 2 meter dan lantai yang ditinggikan 30 cm. Adapun yang dirancang oleh Bung Karno adalah bagian atap dan tiang-tiang masjid. Atap masjid berbentuk tumpang tiga, dimana atap tingkat dua dan tiga berbentuk limasan kerucut dengan celah pada pertengahan atap. Kemudian pada beberapa bangunan ditambahkan tiang-tiang yang diberi ukiran (pahatan) berbentuk sulur-suluran pada bagian atas.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Masjid Jamik Bengkulu merupakan masjid yang berdiri di jantung Kota Bengkulu, yakni di Jalan Letjen Soeprapto, Kelurahan Pengantungan, Kecamatan Gading Cempaka, Bengkulu. Sebelumnya masjid dibangun di kelurahan Kampung Bajak, Bengkulu dekat dengan pemakaman Sentot Ali Basya, teman seperjuangan Pangeran Diponegoro yang dibuang Belanda ke Bengkulu. Kemudian pada awal abad ke-18 masjid dipindahkan ke lokasi sekarang. Bangunan awal berbentuk sangat sederhana, yakni terbuat dari kayu, beratapkan daun rumbia, dan keadaan lantai yang sederhana. Pada abad ke-20 masyarakat ingin melakukan perbaikan masjid. Keinginan tersebut bersamaan dengan dibuangnya Bung Karno beserta keluarganya ke Bengkulu pada tahun 1930. Pada saat itulah Bung Karno membantu masyarakat dalam merancang perbaikan masjid. Sebagai arsitek, Bung Karno tetap mempertahankan semua bangunan lama. Seperti dinding yang hanya meninggikan 2 meter dan lantai yang ditinggikan 30 cm. Adapun yang dirancang oleh Bung Karno adalah bagian atap dan tiang-tiang masjid. Atap masjid berbentuk tumpang tiga, dimana atap tingkat dua dan tiga berbentuk limasan kerucut dengan celah pada pertengahan atap. Kemudian pada beberapa bangunan ditambahkan tiang-tiang yang diberi ukiran (pahatan) berbentuk sulur-suluran pada bagian atas.

Oleh pemerintah Republik Indonesia, bangunan Masjid Jamik ini dinyatakan sebagai bangunan bersejarah dengan kategori benda cagar budaya dan dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010.


Lampiran
 














2 komentar: